Daunnya terasa
kecut, enak jika dipadukan dengan daun pepaya yang masih muda sebagai lalapan. Di Pupid House, kami sangat suka mengkonsumsi daunnya yang
masih muda sebagai lalapan yang ditemani sambal terasi mentah.
Pohon ini berdaun
tunggal, bentuknya berbentuk bulat telur, dan di bagian tepinya rata. Pangkal
daunnya runcing dan ujungnnya membulat. Memiliki panjang 8 hingga 22 sentimeter.
Memiliki lebar 5 sampai 13 sentimeter. Daunnya berwarna hijau dan merah
kecoklatan jika masih muda.
Buahnya memiliki
rasa sedikit kecut, dan seratnya banyak. Bentuknya melengkung, memiliki panjang
kurang lebih 3 sentimeter, dan warnanya hijau kecoklatan. Kadang berwarna merah
kecoklatan jika sudah matang. Uniknya, buah ini memiliki biji yang berada di
luar buah. Bentuknya bulat panjang, melengkung, dan pipih serta berwarna coklat
tua. Batang pohonnya berkayu, berbentuk bulat, dan putih kotor.
Umumnya pohon ini
disebut jambu monyet. Tapi di setiap
daerah memiliki nama yang berbeda-beda. Seperti di daerah Minangkabau, pohon
ini bernama jambu orang, sedangkan
di Lampung disebut pohon gaju. Untuk
di daerah Jawa, pohon ini disebut dengan jambu
mete. Sementara di daerah Sunda, di mana Pupid House berada, disebut dengan
jambu mede.
Di daerah Sulawesi,
khususnya di masyarakat Bugis, pohon ini punya sebutan jambu sereng, sementara di Makasar disebut dengan jambu dare. Jika di daerah Maluku,
pohon ini disebut dengan kanoke.
Pohon tersebut
termasuk ke dalam suku anacardiaecae dan
bermarga anacardium. Pohon jambu
monyet ini termasuk ke dalam jenis anacardium
occidentate L. Di Pupid House, pohon ini sudah lama ada sekitar 12 tahun
lamanya. Ditanam di bagian halaman depan rumah dekat dengan jalan umum. Jalan
Halteu Malaber Kp. Waas Desa Bojong, Kecamatan Karangtengah Cianjur.
Pohon jambu monyet di bagian depan Pupid House |
Untuk jumlah keberadaan pohon jambu monyet ini, sudah ada 1 di bagian depan Pupid House, dan 3 lagi di kebun bagian belakang Pupid House.
Pucuk daun jambu mede yang biasa dijadikan lalapan (Foto: Kang Usep) |
Tidak jarang banyak
warga sekitar yang ikut menikmati daun muda dari jambu monyet ini untuk
dijadikan lalapan sehari-hari jika sedang tumbuh daun baru. Tak jarang juga
buahnya sering dikonsumsi langsung. Sementara biji dari buah jambu monyet ini
tergeletak begitu saja dan tumbuh secara alami. Kami belum mendapatkan
informasi mengenai manfaat biji jambu monyet ini untuk diolah sebagai makanan
atau sebagai obat herbal.
Tampak terlihat bunga yang siap berbuah (Foto: Kang Usep) |
Jika kami menjumpai pohon jambu monyet yang tumbuh sembarangan karena persemaian biji yang tergeletak begitu saja, kami senantiasa memindahkannya ke dalam polibek yang diisi media sekam bercampur tanah dan pupuk kandang untuk membudidayakannya. Ada sekitar 5 polibek yang saat ini tumbuh dari hasil budidaya dan siap untuk ditanam atau dipindah ke dalam pot atau ditanam di tanah. Jika ada yang membutuhkan silahkan tukar dengan buku, atau tanaman lain sebagai saling tukar hadiah.
Pohon jambu monyet di bagian belakang Pupid House |
Dari hasil
pengamatan dan pencarian data yang kami dapatkan, pohon ini memiliki kandungan
kimia pada kulit batangnya yang mengandung alkaloida,
tanin, saponin, dan flavonoida.
Sementara daun yang biasa kami konsumsi sebagai lalapan, untuk kandungan kimia
atau lainnya, kami belum mengetahui hal tersebut meski sering menkonsumsinya.
Hal itu hanya merujuk pada kebiasaan masyarakat Sunda terutama masyarakat yang
ada di sekitaran Pupid House telah turun-temurun menjadikannya sebagai lalapan.
Untuk khasiat dan
kegunaan dari pohon jambu monyet yang kami ketahui informasinya, adalah sebagai
obat urus-urus, sariawan, dan obat jerawat.
Menurut hemat kami, cara mengolahnya agak membuat malas tidak seperti tanaman
yang beberapa sudah kami rangkum sebelumnya seperti Daun Binahong, Daun Beringin, Kayu Manis, Alkesa,
dan Sosor Bebek. Dikarenakan yang digunakan adalah kulit batangnya.
Daun muda jambu monyet bersama teman-temannya |
Cara mengolahnya
adalah: kurang lebih 10 gram kulit batang, dicuci dan direbus dengan 2 gelas
air selama 2 menit. Hasil rebusan tersebut kemudian diminum sehari dua kali
sama banyak. Informasi tersebut kami dapatkan langsung dari hasil penelitian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau disingkat LIPI dan dari Dinas Kesehatan.
Saat ini kami
berusaha untuk menanamnya dengan cara memperbanyak lewat biji dari buah
tersebut. Dikeringkan lalu disemai ke dalam polibek yang berisi media sekam
bakar yang kami buat secara mandiri. Media sekam bakar tersebut kemudian
dicampur dengan tanah subur dan kotoran hewan dengan komposisi 4:1:1.
Pohon jambu monyet di antara tanaman obat lainnya |
Untuk mengumpulkan
informasi yang lebih lengkap dan pengamatan lebih dalamnya, kami membutuhkan waktu dan bantuan dari para pembaca sekalian. Jika ada pengalaman dan
pengetahuan yang lebih luas mengenai pohon jambu monyet ini, kami sangat
mengharapkan bisa berdiskusi dan saling bertukar informasi. Mengingat di tempat
kami tersedia perpustakaan kecil dan tempat untuk sekadar menikmati minuman
herbal hasil kami berkebun juga sedikit makanan yang didapat dari hasil
bercocok tanam sembari berdiskusi dan tukar informasi.
Para pembaca
sekalian bisa datang langsung ke tempat kami di Jl. Halteu Maleber, Kp. Waas, Desa Bojong,
Kecamatan Karangtengah, Kota Cianjur atau hubungi nomor telepon rekan kami
yang tertera di laman kontak kami
Salam sehat!
Penulis: Firman Hafizd