Minggu, 10 Januari 2021

Legenda Pala Indonesia: Rempah Si Penyembuh Wabah

 

Sejak dahulu, Indonesia memang terkenal akan kekayaan rempahnya. Jika tidak, maka tak akan ada tumpah darah antara bangsa Nusantara dengan pendatang. Rempah merupakan salah satu sebab ekspansi besar-besaran bangsa kolonial mancanegara. Namun, tahukah Anda? Ada satu rempah yang begitu terkenal, hingga menjadi rebutan Inggris dan Belanda?

 

Rempah itu adalah pala, sebuah rempah yang punya sejarah. Bagi masyarakat Nusantara, biji pala memiliki kisahnya tersendiri. Sebuah kisah berdarah yang menyeret dua bangsa kolonial besar dalam perebutan pulau kecil di ujung barat Indonesia.

 

Alasan konflik itu sederhana, yakni perebutan rempah-rempah, termasuk pala. Konflik bereskalasi kala pala menjadi rempah yang diidam--idamkan oleh bangsa Eropa pada abad ke-17. Khasiatnya sebagai obat membuat manusia rela mengorbankan nyawa mereka demi rempah itu. Tak hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pala juga banyak khasiat.

 

Kandungan minyak atsiri menjadi salah satu kebaikan yang manjur menyembuhkan berbagai penyakit. Pala dipercaya mampu menyembuhkan masalah pencernaan, sakit kepala, sakit perut, bahkan menyembuhkan wabah sampar. Kandungan lainnya, yakni saponin, miristisin, elemis, enzim lipase, pektin, dan masih banyak lainnya mampu meredakan rasa sakit.

 

Sebelum memasuki abad ke-17, pala sendiri sudah terkenal di kancah internasional. Prancis, misalnya. Mereka menjadikan pala sebagai bahan pada makanan mereka, seperti untuk membuat bechamel. Begitu pula Inggris yang menjadikan rempah itu sebagai bahan pembuatan tar kustar, puding, bahkan menjadi pelengkap kopi dan coklat panas.

 

Mengetahui harga pasar dunia yang tinggi untuk pala, Inggris melakukan eksplorasi. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah pulau kecil di Hindia Belanda dengan hasil pala yang melimpah--Pulau Run, Banda.

Pala dan Pulau Run di Banda

Kepulauan Banda merupakan salah satu penghasil rempah unggulan Nusantara. Pada tahun 1600-an, pihak VOC membuat perjanjian dengan warga Banda, bahwa mereka harus menjual hasil rempahnya, termasuk pala, hanya mereka. Tahun itu adalah tahun di mana pala masih menjadi rempah primadona khalayak dunia.

 

Kepopuleran pala membuat VOC menjadi begitu posesif. Belanda melarang ekspor pala keluar Banda. Bahkan jika ada, VOC menyiram biji pala yang hendak keluar dari Banda dengan jeruk nipis agar tidak subur. Namun, hal ini tidak membuat negara lain menyerah dalam mengeruk hasil pala Pulau Banda itu.

 

Giles Milton, seorang jurnalis asal Inggris, membukukan legenda rempah Indonesia itu dalam sebuah buku berjudul Pulau Run, Magnet Rempah-rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan. Pada pulau terkecil di Kepulauan Banda itu menjadi saksi bisu perseteruan Inggris dan Belanda demi meraih pala dan rempah lainnya.

 

Pada tahun 1616, Inggris mendirikan koloni di pulau kecil sekitaran Banda, yakni Pulau Run dan Pulau Ay. Tentu, hal ini menjadi ancaman bagi VOC yang hendak memonopoli hasil rempah di Banda. Konflik semakin panas ketika Pulau Run panen besar rempah. Belanda kian ngebet merebut pulau pala itu hingga pertikaian pun tak terelakkan.

 

“Pada masa itu, Run adalah pulau yang paling dibicarakan di dunia, sebuah tempat dengan kekayaan yang  begitu menakjubkan sehingga sebagai perbandingan, harta sepuhan Eldorado terlihat murahan. Namun, anugerah yang dimiliki Run bukan turunan dari emas— alam telah menganugerahkan sebuah hadiah yang jauh lebih berharga di atas tebing-tebingnya,” ungkap Milton dalam bukunya.

 

Setelah hampir setengah abad konflik tak kunjung padam, berakhirlah mereka pada sebuah penawaran: Inggris hendak menyerahkan Pulau Run kepada Belanda. Namun, pulau rempah itu bukannya gratis. Kesepakatan itu bukan kesepakatan sepihak di mana salah satu pihak saja yang untung. Kesepakatan itu bulat, ketikan Belanda memutuskan memberikan Manhattan sebagai imbalan atas pemberian Inggris atas Pulau Run.

 

Traktat Breda di Kota Breda, Belanda, pada 31 Juli 1667 menjadi akhir kisah perebutan Pulau Run. Perjanjian itu berisi penyerahan Pulau Nieuw Netherland di Amerika Utara kepada dari Belanda kepada Inggris sebagai ganti Pulau Run yang akan diserahkan pada Belanda.

Pala Si Penyembuh Wabah Sampar

Yang menjadi salah satu nilai tinggi pala adalah kandungannya yang mampu menyebuhkan wabah sampar. Wabah dengan nama lain pes itu pernah menjadi wabah yang sangat mematikan di Eropa pada tahun 1300 an. Ternyata, buah pala menjadi salah satu penangkal wabah ini.

 

Tentu, pernyataan ini tidak datang dari langit. Pada buku berjudul Napoleon’s Buttons karya Penny Le Couteur dan Jay Burreson itu pala disebut mampu menangkal wabah. Khususnya, rempah itu dipercaya menjadi penangkal wabah pes dalam fenomena black death abad 14. Untuk menangkal wabah itu, pala dimasukkan ke dalam kantong kecil yang kemudian dikalungkan.

 

Terdengar klenik, bukan? Namun, ada penjelasan perihal perilaku mengenakan kalung pala ini. Pada buku tersebut pula dijelaskan bahwa aroma pala memiliki komponen bernama isoeugenol yang menjadi insektisida alami. Itu sebabnya pala begitu diburu.


penulis: HUDA BILOWO 

 

 

Sumber:

Milton, Giles. 2015. Pulau Run Magnet Rempah-Rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan. Tangerang: Alvabeit.

 

Khairunnisa, Syifa Nuri. 2020. Pala, Rempah yang Dipercaya Bisa Menangkal Pandemi Black Death pada Abad Ke-14. detik.com

0 komentar:

Posting Komentar