Pohonnya
dianggap keramat, meski ternyata daunnya menyimpan khasiat untuk yang ingin
sembuh. Pohonnya peneduh bagi para habitat, juga orang-orang yang ingin
berlindung dari paparan sinar matahari langsung. Sejuk bersama angin yang menabrak daun-daun berbentuk bulat sedikit lancip ke ujung.
Dari batang pohonnya, atau juga dahannya muncul sebuah akar gantung yang justru
membuat pohon tersebut semakin terkesan berkeramat. Namun dengan jiwa seni yang
tinggi, tak sedikit para pegiat seni dalam merawat tanaman menjadikannya pohon
bonsai. Unik, berukuran kecil, dan penuh dengan estetika.
Akarnya yang menjalar ke dalam tanah, mampu menyimpan cadangan air di saat
musim kemarau. Tergantung ukurannya, jika ukuran pohon itu besar dan tumbuh
dalam tanah yang luas, cadangan airnya mampu menjadikan sumber air bagi kebutuhan
manusia.
Tapi bagi pohon yang tertanam dalam pot seperti di Pupid House, mungkin hanya
menyimpan cadangan air yang cukup untuk kebutuhan si pohon itu sendiri. Karena
di era sekarang, banyak orang-orang yang menanamnya di dalam pot sebagai
tanaman hias. jarang menanamnya langsung di tanah pekarangan rumah, karena mungkin banyak mitos.
Pohon ini menjadi simbol Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang berada
di urutan nomor 3, atau sila nomor ke tiga. Yaitu persatuan Indonesia. Simbol
tersebut diartikan sebagai tempat berteduh. Penulis sendiri menafsirkan bahwa:
tanpa persatuan, tak ada tempat untuk berteduh. Maka diharapkan, bersatulah
dalam hal menanam dan memperbaiki alam yang rusak, untuk menjadi tempat
berteduh dan berlindung dari segala kerusakan alam yang ada saat ini. Termasuk
kemandirian dalam menyediakan pangan.
Beringin namanya. Pohon tersebut tidak asing, sering dijumpai di mana saja, terutama di gedung
pemerintahan daerah yang ada di Cianjur, kota di mana Pupid House berada.
Kadang sering dijumpai di pinggir jalan, di teras rumah dalam bentuk tanaman
dalam pot. Pohon tersebut kadang dijumpai juga di tanah lapang, sebagai pohon
peneduh dari teriknya mentari di siang hari.
Berbeda dengan tanaman yang menjadi pengendali hama seperti yang sudah kami
bahas sebelumnya di sini. Tanaman ini justru menjadi pengendali udara panas
karena daun dan dahannya yang bersilang hingga menyerupai payung yang sanggup
mengurangi pancaran sinar matahari langsung.
Pohon tersebut memiliki nama latin Ficus Benjamina, dalam bahasa inggris
disebut Banyan. Beringin ini berdaun tunggal, lonjong, dan ujungnya runcing.
Sementara batangnya tegak, dan pada permukaannya kasar.
Di Pupid House sendiri, pohon ini sudah lama menjadi koleksi, sekitar dua dekade.
Pohon beringin menjadi tanaman yang senantiasa menemani. Beringin yang ada di
pot seperti gambar di bawah ini, adalah hasil budidaya dengan cara budidaya stek.
Dirawat dan dibentuk sedemikian rupa. Namun dengan keahlian atau keterampilaan
yang terbatas, beringin atau caringin yang ada di deretan tanaman koleksi Pupid
House, begitu adanya.
Koleksi Pupid House berumur 7 Tahun dengan cara di stek (Foto: Kang Usep) |
Ada sekitar 8 pot tanaman beringin, yang sebelumnya memiliki lebih dari itu. Usianya sekitar 7 tahun. Dikarenakan ada perubahan dalam penataan di tempat kami, satu atau dua pohon beringin yang tertanam langsung di tanah, terpaksa dihilangkan yang kemudian digantikan dengan beringin yang ada di pot.
Berbagi pengalaman tentang pohon beringin yang ada di Pupid House, pohon tersebut sangatlah mudah untuk dirawat, tahan terhadap cuaca ekstrim, dan kuat jika jarang disirami air. Cara memperbanyaknya pun tergolong mudah, hanya dengan cara stek batang dan disimpan ditempat yang sedikit teduh juga menyiramnya secara berkala sampai batang tersebut memiliki akar.
Beberapa koleksi dalam pot di Pupid House (Foto: penjaga Waroeng Nyalse) |
Di balik mitos yang sering beredar, ada khasiat yang tersimpan dan mungkin jarang sekali orang mengetahuinya. Menurut informasi yang didapatkan dari sumber terpercaya (Departemen Kesehatan dan LIPI), daunnya yang segar memilki kandungan kimia seperti saponin, falvonoida, dan polifenol. Sehingga daun tersebut memiliki khasiat sebagai obat sawanan pada anak-anak.
Untuk cara mengolahnya pun terbilang mudah, yaitu dengan cara merebus daunnya selama 25 menit, kemudian setelah agak dingin dimandikan kepada anak yang terkena sawanan tersebut. Info ini kami dapat dari sumber terpercaya sebagaimana yang sudah kami sampaikan di atas.
Berbeda dengan daun ajaib yang sebelumnya kami sudah bahas pekan lalu, di mana hasil dari rebusan daun ajaib tersebut diminum, bukan dimandikan seperti daun beringin sebagai obat sawanan pada anak anak.
Untuk hasil pengamatan kami lebih jauh, perlu adanya pencarian informasi yang lebih lengkap serta waktu yang lebih lama. Jadi untuk sementara ini kami hanya memiliki informasi yang masih minim dan membagikannya lewat artikel di laman ini.
Jangan lupa update kegiatan kami di instagram Pupid House
Salam Berkhasiat!
Penulis: Firman Hafizd