Penulis: Huda Bilowo
Masyarakat meramu jamu, tentu ada sebabnya. Jamu, bukan
sekadar jampi-jampi atau bergerak layaknya pil plasebo. Namun, orang dulu kerap
menyeduh jamu sebagai ajian merawat tubuh. Salah satu jamu itu adalah bandrek.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memaknai jamu sebagai
segala obat yang mengandung rempah seperti akar dan dedaunan. Lantas, bandrek
yang berasal dari masyarakat Sundah ini pun dapat pula menyandang nama jamu.
Selain dari kandungannya yang alami, ia juga berkhasiat layaknya obat.
Bayangkan, dalam satu gelas bandrek, ada setidaknya 6
khasiat utama. Berikut 6 khasiat bandrek yang umum:
1. Melawan penyakit kanker
2. Obat sakit gigi
3. Menurunkan tekanan darah
4. Mencegah peradangan
5. Mengatasi masuk angin
6. Mematikan patogen atau parasit asing yang masuk ke tubuh
Melihat khasiat bandrek tersebut, tentu sebagian orang
bertanya-tanya: mengapa minuman sederhana itu kaya akan manfaat?
Terdapat dua jawaban. Pertama,
kandungan bahan alami bandrek. Kedua,
kearifan orang dulu dalam meramu dan mencampur berbagai bahan alami dalam satu
seduhan jamu.
Mari kita telusuri kandungan serta manfaat bahan baku
minuman asal Sunda ini.
Kandungan Serta Manfaat Bahan Baku
Bandrek
Umumnya, bandrek terdiri dari 5 bahan utama, yakni: jahe
merah, cengkeh, kayu Manis, biji pala, gula aren asli. Seiring berkembangnya
zaman, sebagian orang kerap menambahkan susu sebagai penyedap rasa. Meski bukan
bahan utama, bandrek dengan tambahan susu sangat digandrungi.
Namun, kali ini kita akan membahas 5 komponen utama bandrek
tanpa susu.
1. Jahe Merah
Yang menjadi primadona dan komponen terpenting dari bandrek
ada 2, yakni: jahe merah dan gula aren. Menjadi tulang punggung dari bandrek,
tentu jahe merah sendiri kaya akan khasiat kesehatan. Bahan ini menjadi dalang
dari salah satu khasiat bandrek, yakni penurun tekanan darah.
Tumbuhan bernama latin Zingiber
officinale Roscoe ini mengandung berbagai senyawa. Terdapat 3 zat dalam
jahe merah yang baik untuk kesehatan, yakni: phenolic, dan minyak atsiri,
zingeron.
Pertama, phenolic terkenal sebagai pembuang angin dan gas
dalam tubuh. Zat ini merupakan senyawa yang bekerja baik dalam sistem
pencernaan manusia. Ia mampu meredakan iritasi pada sistem pencernaan, mencegah
kontraksi serta melancarkannya. Itu sebabnya mengapa orang mengenal jahe mampu
menyembuhkan masuk angin. Hal ini karena phenolic
yang bekerja mengurangi kandungan gas dalam perut.
Kedua, minyak atsiri si
pembasmi penyakit. Minyak atsiri
banyak terdapat dalam obat-obatan medis yang mampu menyembuhkan berbagai
penyakit. Ini karena atsiri mengandung zat shogaol, gingerol, zingeron,
serta zat-zat antioksidan yang mampu
meredakan penyakit ringan maupun berat.
Ketiga, zingeron si pengurai
nyeri. Jahe juga mampu mengurangi sakit gigi dan sakit kepala. Ini karena
jahe merah mengandung zingeron yang kerap terkandung pada obat-obatan medis
yang mampu mengurangi nyeri. Zingeron mampu mengatasi urusan berat badan,
menjaga kesehatan jantung, meredakan penyakit mual dan muntah
mencegah kanker, mengobati sakit kepala dan alergi. Bahkan,
zingeron mampu memperbaiki istem kekebalan tubuh serta meningkatkan vitalitas
pria.
2. Gula Aren
Sebagai komponen terpenting kedua dalam bandrek, gula aren
juga tak kalah menyehatkan. Gula ini jelas berbeda dengan gula lainnya, seperti
gula pasir atau gula kelapa. Gula aren terbuat dari nira dengan kadar glikemik
yang lebih banyak dari gula kelapa.
Nira sendiri adalah sebutan dari getah i tebu, bit, sorgum
atau mapel. Nira juga berasal dari getah pohon dari keluarga palma seperti
aren, kelapa, kurma, nipah, sagu, siwalan. Sebagian orang menyebut bahwa gula
aren berasal dari nira atau getah pohon kolang-kaling.
Gula aren mengandung karbohidrat, protein, lemak. Kandungan
ini kerap menjadi dalang dari stigma negatif gula. Mulai dari obesitas hingga
penyakit gula. Namun, jangan salah. Kebanyakan penyakit tersebut berasal dari
unsur UREA yang biasa digunakan untuk membuat gula pasir.
Sedangkan untuk gula aren, terkandung zat berkhasiat yang
cukup. Sebutlah kalsium, zat besi, fosfor, vitamin B3 dan vitamin C. Selain
itu, gula aren mengandung zat antioksidan yang cukup tinggi.
Pertama, kandungan B3 dan niasin dalam gula aren berfungsi
sebagai pengendali kolesterol. Sejak
tahun 1950-an, kandungan ini memang menjadi andalan dalam mengobati penyakit
yang banyak menjangkit orang itu. B3 dan niasin juga berfungsi merangsang otak
kecil. Hasilnya, senyawa ini mampu menciptakan sensasi rileks. Tak ayal, B3
kerap terkandung dalam obat depresi dan kelelahan.
Kedua, tentu kita semua tahu manfaat vitamin C. Zat ini adalah
biang yang mampu menjaga imun tubuh serta
menyehatkan kulit. Vitamin C juga mampu menangkal sel kanker serta mengurangi
risiko serangan jantung.
Ketiga, zat besi dan
fosfor merupakan zat yang mampu membantu
regenerasi tubuh. Fosfor, misalnya. Dalam pembentukan DNA tubuh, fosfor
merupakan komponen yang penting. Sedangkan zat besi
3. Cengkeh
Sudah sejak dulu cengkeh menjadi salah satu pilihan tabib
dalam meramu obat herbal. Penggunaannya dari dulu hingga kini tentu bukan tanpa
alasan. Peneliti dari berbagai penjuru dunia ramai mempelajari tanaman mungil
satu ini. Terbukti, cengkeh memiliki khasiat yang luar biasa. Antara lain,
pereda rasa sakit, pereda batuk berdahak, sakit perut dan perut kembung.
Cengkeh mengandung zat yang memiliki kemampuan untuk
meredakan nyeri dan sakit. Kandungan tersebut berupa zat saponin, tannin, flavonoid, dan polifenol yang mampu membantu proses
penyembuhan luka. Tannin, misalnya. Ia membantu dengan cara meningkatkan
jumlah pembentukkan pembuluh darah kapiler. Kemudian, flavonoid berguna untuk
merangsang produksi vascular endothelial yang
berguna dalam pembentukan pembuluh darah baru.
Tak hanya itu, senyawa tersebut juga memiliki kadar
antioksidan yang tinggi sehingga mampu menangkal sel kanker dan penyakit. Semua
khasiat cengkeh tersebut lebih banyak terkandung pada daunnya. Namun, bukan
berarti cengkeh sendiri tidak memiliki kandungan yang sama. Hanya saja dengan
kadar yang lebih sedikit.
4. Kayu Manis
Siapa yang tidak kenal dengan kayu manis? Rempah ini menjadi
salah satu bumbu dapur yang populer untuk menambah aroma serta penyedap rasa.
Tak terkecuali untuk bandrek, minuman tradisional khas Sunda. Penambahan kayu
manis dalam bandrek tak sekadar penyedap, namun juga kaya manfaat.
Kayu manis mengandung alkohol sinamat, kumarin, asam
sinamat, sinamaldehid,
antosianin dan minyak atsiri dengan kandungan gula, protein,
lemak sederhana, dan pektin. Senyawa menjadikan kayu manis sebagai antimikroba,
antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah, kolesterol
dan memiliki senyawa rendah lemak.
Berikut khasiat dari kayu manis untuk kesehatan tubuh:
menurunkan risiko penyakit jantung, melawan bakteri serta jamur penyebab
infeksi, penangkal radikal bebas dan kanker.
5. Biji Pala
Biji pala merupakan salah satu komponen tambahan dalam
minuman bandrek. Tak banyak yang menambahkan biji pala sebagai perasa dalam
minuman ini. Hal ini karena jahe dan cengkeh sudah memberikan rasa pedas.
Meski hanya sekadar tambahan, bukan berarti ia tidak punya
manfaat. Ia mengandung komponen seperti minyak atsiri, minyak lemak, saponin,
miristisin, elemisin, enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena, dan asam
oleanolat.
Dua kandungan pada biji pala yang paling terkenal khasiatnya
adalah miristisin dan elemisin. Zat ini mampu menjadi obat penenang yang mampu menangkal gangguan tidur. Selain
itu, kita sudah membahas sebelumnya kemampuan minyak atsiri. Kandungan tersebut
merupakan antijamur, antioksidan, dan
antibakteri alami yang terkandung pada biji pala.
Sumber:
Aryanta, I Wayan Redi. 2019. Manfaat Jahe untuk Kesehatan.
E-Jurnal Widya Kesehatan, Volume 1, Nomor 2.
Emilda. 2018. Efek
Senyawa Bioaktif Kayu Manis Terhadap Diabetes Melitus: Kajian Pustaka.
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1
Febriani et al. 2018. The Potential Use of Red Ginger
(Zingiber officinale Roscoe)
Dregs as Analgesic. Indonesian Journal of Pharmaceutical
Science and Technology.
Heryani, Hesty. 2016. Keutamaan Gula Aren & Strategi
Pengembangan Produk. Lambung Mangkurat University Press.
Nurdjannah, Nanan. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Volume 3 Nomor
2: 61 - 70
Rahadian, Dhimas Dita. 2009.
Pengaruh Ekstrak Biji Pala Terhadap Waktu Induksi Tidur dan Lama Waktu
Tidur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro