Budidaya Tanaman Herbal di Pupid House

Usep Firman Hapid merintis bududaya tanaman herbal di kebun Pupid House. Upaya ini untuk melestarikan tanaman lokal yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Campoleh, Buah Superfood yang Semakin Langka

Dianggap buah biasa, padahal memiliki nilai manfaat yang cukup tinggi, bahkan diklaim sebagai salah satu alternatif superfood (makanan super).

Aroma Terapi Pandan Wangi

Aroma khas pandan wangi cocok untuk terapi relaksasi. Apa saja manfaat lain dari tumbuhan herbal ini?

Kemangi, Si Wangi Kaya Manfaat

Kebun Pupid House memiliki koleksi kemangi dengan beragam manfaat, mulai dari pewangi, bumbu masak, minuman dan ramuan herbal.

Turkey Berry (Takokak) Mampu Turunan Asam Urat

Takokak biasanya dikonsumsi sebagai lalapan oleh masyarakt Sunda. Setelah buahnya direbus hingga lunak, tentu lebih nikmat jika dicocol sambal pedas.

Jumat, 13 November 2020

Si Cantik Pengendali Hama

Cantik rupanya, subur pertumbuhannya. Wanginya tak semerbak, namun berkhasiat. Liar habitatnya, mudah dibudidayakannya. Batangnnya tidak terlalu kokoh namun mampu menjulang tinggi sekiranya tiga puluh (30) inchi atau sekitar tujuh puluh enam (76) senti.

Bunganya berwarna cerah, menarik perhatian lebah, serangga dan predator yang dianggap sang hama, bagi para petani di divisi pertanian apapun. Kadangkala berkembang bunganya yang besar, sekiranya berdiameter enam inchi (6 inch) atau lima belas senti (15 cm).

Kami memanggil namanya Zinnia, tanaman bunga yang mekar meski di musim kemarau. Tanamanya penuh toleransi di tanah yang minim air. Warnanya merah muda yang mencolok, tengahnya berwarna kuning, itu adalah serbuk sarinya. Jika jatuh serbuk sari itu, sungguh cepat tumbuhnya menjadi cikal bakal yang baru, yang menjadi tanaman si pengendali hama tersebut.

Bukan hanya itu, selain pertumbuhannya yang mudah, cara perbanyak tanaman ini pun tergolong tidaklah sulit. Jika sudah berkelompok, indah betul bila dipandang mata sambil menikmati rebusan daun Binahong sebagai teh yang sudah kami bahas di artikel sebelumnya mengenai manfaat dan cara membudidayakannya.

Bukan hanya mitos, bunga yang termasuk dalam keluarga asteraceae ini lebih umum disebut namanya dengan sebutan bunga kertas, tapi bukan kembang kertas bougenvile yang dimaksud; bunga yang memiliki fungsi pengendali hama yang baik, adalah Zinnia.

Zinnia ketika berbunga. (Foto: Koleksi Pupid House)

Bunga yang dapat mengurangi penggunaan festisida dan bahan kimia lainnya, yang justru memperburuk kondisi tanah dan mahluk hidup lainnya, yang bermanfaat di sekitaran tanah seperti cacing dan mikroorganisme lainnya yang memberikan dampak positif terhadap kesuburan tanah.

Semua info yang didapatkan sedikit banyaknya mengutip dari laman mediaindonesia dan juga kompasiana, yang membahas tentang Refugia sebagai tanaman pelindung sawah padi di kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.

Refugia adalah tanaman berbunga yang berfungsi meningkatkan kehadiran predator atau musuh alami terhadap hama perusak padi dan tanaman produktif lainnya. Penjelasan ini kami dapatkan dari laman mediaindonesia.com.

Jadi menurut hemat kami, tanaman refugia adalah tanaman yang mengalihkan perhatian hama untuk tidak hinggap dan menggangu tanaman padi atau lainnya, melainkan semua perhatian hama tersebut terpusat kepada tanaman Refugia tersebut. Karena selain warna bunganya yang mencolok, daunnya pun sedikit lebih tebal sehingga disukai oleh serangga sebagai makanannya.

Sementara di Pupid House sendiri, kami sudah mengamati bagaimana tanaman bunga refugia itu memberikan manfaatnya. Yaitu dengan tanaman anggur yang kami rambatkan menggunakan media rambat kawat.
Tanaman Anggur yang subur (Foto: Koleksi Pupid House)

Sebelum kami menanam tanaman refugia berjenis zinnia tersebut, tanaman anggur daunnya sering kali diserang hama seperti belalang kecil yang sering menyerang daunnya yang unik tersebut dan di kemudian hari muncul telur putih menempel di batang pohon anggur yang menyebabkan daun anggur menguning lalu kemudian jatuh sehingga menghambat pertumbuhannya.

Sebelumnya kami melakukan penyemprotan hama menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Bukan festisida berbahan kimia, maksudnya. Melainkan menggunakan bahan alami yang ada di dapur dan tanaman budidaya yang ada di Pupid House, yaitu bawang putih, dicampur lidah buaya sebagai pengganti sabun yang berfungsi merekatkan air bawang kepada daun dan batang tanaman.

Akan tetapi untuk cara seperti itu, menurut hasil pengamatan kami tidaklah signifikan hasilnya, selain menguras tenaga dan menyita waktu, melainkan perlu beberapa kali penyemprotan yang sering supaya hasilnya maksimal. Hasilnya tanaman anggur kami pun masih terserang hama. Bahkan lebih parah, pertumbuhannya lambat, daunnya terlalu cepat menguning, layu kemudian.

Sebelum mengetahui fungsi dari tanaman refugia ini, kami mencari bibit bunga tersebut hanya sebatas ingin mengkoleksi sebagai penghias rumah yang sedap dipandang. Namun, setelah tahu informasi mengenai tanaman yang digunakan sebagian petani di jawa dan pidie,  Provinsi Aceh tersebut, kami mulai memusatkan perhatian kepadanya.

Hasil dari pertumbuhan yang cepat (Bibit 2 pohon beranak pinak)
Foto: Koleksi Pupid House

Bukan hanya sekadar cerita, tanaman anggur yang tadinya lambat pertumbuhannya dan daunnya cepat menguning, setelah Zinnia si pengendali hama itu tumbuh berbunga, tanaman anggur yang kami rambatkan tersebut tergolong pesat pertumbuhannya dari sebelumnya. Daunnya hijau segar dan merambat lebih cepat.

Di Pupid House saat ini, kami memiliki banyak sekali cikal bakal pertumbuhan pesat sang pengendali hama tersebut. Meski jarang disiram dan beberapa kali saja terkena guyuran hujan, namun pertumbuhannya sangatlah pesat juga daunnya yang segar terlihat.

Deretan cikal bakal Zinnia yang berkoloni
(Foto: Firman Hafizd)

Tanaman ini mudah dirawat, ringan dikerjakan, dan sedap dipandang jika sudah mulai berkembang. Maka dari itu, kami menyarankan teman-teman pembaca yang budiman mulai menanamnya di pekarangan rumah hingga mereka berkelompok. Sebagai tanda syukur akan keagungan Tuhan yang Maha Esa. Bahwasannya segala apa yang ada di bumi tercipta sudahah sangat sempurna adanya.

Rencana ke depannya, kami akan sandingkan bunga tersebut dengan tanaman koleksi Pupid House yang kami fungsikan sebagai tanaman pagar seperti daun mangkok, keji beling, teh-tehan, dan kedongdong laut. Di mana tanaman tersebut selain berfungsi sebagai tanaman pembatas atau tanaman pagar, ada juga khasiat bagi kesehatan manusia selain oksigen yang dihasilkannya.

Mudah-mudahan kami akan selalu konsisten merawat dan membagikan informasi mengenai tanaman koleksi kami di Pupid House lewat artikel di sebuah blog pribadi kami sebagai media berbagi informasi dan saling mengedukasi.

Salam Lestari!
Penulis: Firman Hafizd

Sabtu, 07 November 2020

Daun Ajaib Berbentuk Hati

Begitu besar manfaat dari daun yang hampir mirip dengan simbol cinta tersebut. Daunnya yang agak lentur dan mudah patah. Berlendir bila dibelah, dan aromanya tak jauh beda dengan aroma dedaunan pada umumnya. Batangnya yang cenderung berwarna merah atau kecoklat-coklatan, meski ada juga yang berwarna hijau muda jika usianya masih dalam hitungan hari. Layaknya batang tanaman merambat pada umumnya.

Daunnya yang tersimpan banyak manfaat ini, sering kami gunakan untuk sekadar teh di pagi hari. Di campur dengan satu sendok teh madu murni. Kadang salah satu dari kami menggunakannya sebagai masker wajah pada malam hari, karena telah menemukan informasi perihal daun tersebut sebagai masker wajah yang bisa membuat kulit wajah menjadi glowing tanpa harus menghabiskan biaya mahal ke salon kecantikan. Info tersebut belum kami gali lebih dalam lagi.

Batangnya yang biasa kami manfaatkan untuk dibudidayakan ini, cukup di potong sekiranya 5 sentimeter dan ditancapkan kemudian di media tanam yang terdiri dari arang sekam hasil buatan kami sendiri, yang kemudian kami campur dengan kotoran hewan kambing yang didapat dari peternak kambing yang tak jauh dari Pupid House.

Di Pupid House, kami perbanyak tanaman ini di polibek dan lahan yang berdekatan dengan dinding luar rumah yang kami berikan jalur rambat dari kawat. Karena tanaman ini adalah tanaman yang pertumbuhannya sangat pesat sekali di samping manfaatnya yang sangat banyak.,

Bibit Binahong pertama di Pupid House
(Foto: Admin)

Binahong namanya. Orang inggris menamakannya heartleaf,  karena memang bentuknya menyerupai simbol hati, simbol cinta yang umumnya berwarna merah. Berbeda dengan sosor bebek yang bentuknya seperti paruh bebek. Di mana ulasan singkat mengenai tumbuhan tersebut sudah kami bahas di artikel sebelumnya beserta sedikit mengenai manfaat dan cara menggunakannya.

Binahong memiliki nama latin Bassela rubra linn. Tumbuh menjalar, berumur panjang, dan panjang tumbuhnya bisa mencapai 5 meter, bahkan mungkin lebih. Karena hasil pengamatan kami mengenai binahong yang ada di Pupid House sudah melebihi itu, karena rambatan pohonnya hampir mengelilingi saung tempat membaca dan menikmati segelas teh binahong di Pupid House.

Rambatan binahong di saung
(Foto: Admin)

Selama kami merawat tanaman binahong ini, kami pun kebanyakan mencari informasi dari media sosial. Kami mendapatkan informasi mengenai khasiat binahong sebagai berikut:

  1. Mencegah stroke, maag, dan asam urat.
  2. Melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah.
  3. Menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh.
  4. Melancarkan buang air kecil dan buang air besar.
  5. Wasir atau ambeien.
  6. Mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, khitan, segala luka-luka dalam, radang usus.
  7. Untuk diabetes.
  8. Sakit perut
  9. Pusing-pusing
  10. Sariawan
Untuk penggunaannya, kami sendiri belum memiliki takaran atau dosis yang benar-benar didapat dari para ahli medis atau herbalis yang sudah teruji keilmuannya. Akan tetapi, sebelum ada pengobatan medis seperti sekarang ini, binahong sudah terkenal dan harum namanya di dunia pengobatan alami di daerah kami. Bahkan sampai sekarang, binahong menjadi primadona untuk menjaga kesehatan tubuh dan menyembuhkan beberapa penyakit tertentu. Bukan meredakan, tapi menyembuhkan.

Adapun kebiasaan kami memanfaatkan daun binahong ini adalah untuk menjaga kesehatan dan menggunakannya sebagai masker wajah.Menurut pengalaman kami selama memperhatikan dan mempelajari daun binahong, kami mencoba mengaplikasikan daun binahong ini sebagai obat luka baru, dan obat borok pada hewan peliharaan kami di Pupid House yaitu kucing.


Kucing di Pupid House
(Foto: Kang Usep)

Nah.. mengenai masker wajah dari binahong, kami mencoba menggali informasi mengenai hal tersebut. Alasan kenapa daun binahong digunakan untuk kulit wajah yaitu kandungannya yang kaya akan protein, vitamin c, vitamin a, dan antioksidan yang baik untuk kulit.Di samping kandungan tersebut yang bermanfaat untuk kulit, binahong juga memiliki kandungan zat besi, kalsium, fosfor, kalium, lutein, dan beta karoten yang baik untuk tubuh. Jadi untuk apalagi ragu menanam pohon binahong yang bisa memperindah dinding anda sekaligus mengambil khasiat darinya.

Binahong juga dipercaya dapat memutihkan kulit dengan cara merebus beberapa lembar daunnya, dan meminum air hasil rebusannya secara rutin. Binahong juga dapat mengencangkan kulit, menghilangkan komedo, menghaluskan kulit wajah, dan mengatasi jerawat. tentunya selama mengkonsumsi rebusan binahong secara rutin tersebut, sebaiknya menjaga untuk tidak mengkonsumi makanan yang malah merusak khasiat binahong.

Kembali mengenai pengalaman kami dalam memanfaatkan daun binahong. kami memiliki cara merebus daunnya lalu meminumnya, atau menghaluskan daunnya kemudian dijadikan masker wajah, atau ditempelkan kepada kulit yang terluka.Sekian penjelasan dari kami mengenai daun binahong yang kaya akan manfaat tersebut. Informasi yang kami tulis berdasarkan hasil pengamatan, praktek, dan pencarian informasi dari laman pencarian google.

Salam Lestari!

Dtulis oleh: Firman Hafizd

Rabu, 04 November 2020

Sejarah Jahe, Rempah Dunia yang Tak Tertandingi

Ditulis oleh: Huda Bilowo

Jahe menjadi incaran masyarakat dunia saat ini. Covid-19 tak hanya menyadarkan manusia betapa berharganya hidup sehat. Namun, ia juga kembali menyingkap tabir kedigdayaan salah satu rempah dunia, jahe.

Bayangkan, tahun 2020  jahe punya harga yang terbilang fantastis. Bulan April tahun 2020, harga jahe melambung hingga 5 kali lipat dari harga normal yakni 40.000 rupiah. Membeli 1 kg jahe sama seperti membeli 1 kg daging sapi yakni berkisar di antara 90.000 hingga 100.000 rupiah.

Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia saja, namun mancanegara. Cina, misalnya. Situs freshplaza mengabarkan terjadi kenaikan harga jahe pada negeri Tirai Bambu itu, meski kenaikannya tidak sebesar Indonesia. Lonjakan harga ini tentu menimbulkan pertanyaan? Kok bisa?

Alasan pertama, warga mulai kembali melirik khasiat rempah ini lantaran gempuran virus corona yang tak kunjung usai. Singkat cerita, hidup sehat kembali digandrungi. Media hingga tetangga lokal mulai mempromosikan jahe secara cuma-cuma. Mengapa tidak? Jahe kaya akan khasiat yang baik untuk tubuh. Di antaranya:

  1. Mampu mengobati sejumlah penyakit termasuk gangguan degeneratif, gangguan pencernaan, hingga masalah kardiovaskular.
  2. Jahe bersifat anti-inflamasi dan anti-oksidasi. Artinya ia mampu mengendalikan penuaan serta mencegah penyakit menular.
  3. Memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan kandungan gingerols, shogaols, dan zingerones.
  4. Jahe mampu menghambat infeksi bakteri dan virus seperti shigela dan E.coli.

 

Serbuk jahe yang sudah kami olah secara mandiri
Foto: Kang Usep

Pada artikel sebelumnya Khasiat Bandrek Serta Bahan Bakunya kita telah membahas tiga kandungan utama jahe serta khasiatnya. Tiga zat tersebut adalah phenolic, minyak atsiri, dan zingeron. Pada minyak atsiri, terkandung gingerol dan shogaol sebagai zat anti-inflamasi. Maksudnya, zat ini mampu mencegah kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,   virus, jamur, dan parasit.

Alasan kedua, jahe adalah rempah yang sangat populer sejak abad pertengahan, bahkan sebelumnya. Sadar atau tidak, lonjakan permintaan jahe seakan kembali mengingatkan manusia akan kejayaan jahe pada masa lampau. Sederhananya, sejak dulu hingga saat ini, jahe sangat populer.

Sejarah Jahe di Dunia: Komoditi Mahal yang Kaya Manfaat

Tahukah Anda bahwa jahe pernah semahal domba? Kondisi ini terjadi sekitar tahun 400 masehi saat perdagangan rempah merajai perekonomian dunia. Tak hanya jahe. Bahkan harga pala lebih mahal dari pada emas. Ini adalah masa di mana perdagangan rempah menjadi industri terbesar di dunia.

Rempah, sebagaimana sejarah mencatat, sudah ada sejak tahun 1.555 sebelum masehi. Hal ini dibuktikan melalui catatan peradaban Mesir. Pada catatan tersebut, rempah seperti ketumbar, adas, jintan, bawang putih, juniper, dan timi dimanfaatkan untuk kesehatan. Bagaimana dengan jahe?

Jahe pada Era Sebelum Masehi: Obat dan Bahan Makanan

Asal nama Ginger, atau jahe dalam bahasa Inggris berasal dari kata gingivere. Di Yunani, jahe memiliki nama ziggiberis dan pada bahasa Latin jahe disebut zinziberi. Memiliki banyak nama, dari mana asal muasal jahe?

 

Minuman Jahe ala Pupid House
Foto: Kang Usep

Buku berjudul Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects menjelaskan India dan Cina telah memanfaatkan jahe sejak 5.000 tahun lalu. Salah satu tokoh filsafat Cina, Confucius, sangat mengagumi kemampuan jahe dalam mengobati penyakit. Oleh karenanya, sejak dulu Cina memanfaatkannya sebagai tanaman herbal untuk mengobati berbagai penyakit.

Begitu juga dengan India. India memang terkenal dengan penghasil jahe terbesar kedua setelah Cina sejak dulu hingga saat ini. Selain memanfaatkannya sebagai obat, India juga menggunakan jahe sebagai penyedap makanan. Itu sebabnya India memiliki satu wilayah bernama Srngaveram yang bermakna jahe. Warga lokal memaknai srngaveram sebagai ‘horn root’.

Salah satu keunikan dan kelebihan jahe selain manfaat kesehatannya adalah pemanfaatannya. Bayangkan, jahe memiliki fungsi yang berbeda-beda pada umur yang berbeda pula. Misal, untuk memanen ekstrak jahe, maka jahe harus dipanen pada umur 9 bulan. Pada umur tersebut, kulit jahe cenderung lebih keras dan akarnya semakin tajam sehingga lebih mudah dikeringkan dan diambil ekstraknya. Pada umur 5 bulan, jahe biasa dimakan langsung karena kulitnya masih tipis dan rasanya pun masih lembut.

 

Proses budidaya Jahe Merah di Pupid House
Foto: Kang Usep

Uniknya, jahe bukanlah tanaman yang mampu tumbuh secara alami pada alam liar. Ini yang justru menjadi pertanyaan terbesar bagi akademisi perihal orisinalitas jahe. Siapa duluan yang menanam jahe?

Jahe pada Abad Pertengahan: Komoditas Mahal Dunia

Seiring berjalannya waktu, kedigdayaan jahe mulai menjamah seantero dunia. India dan Cina mulai melakukan perdagangan yang menjadi sebab persebaran jahe di Dunia. Mulai dari Asia Tenggara, Afrika, hingga benua Amerika. Pada abad 1, jahe mulai memasuki kawasan mediterania.

Pada abad tersebut, Kekaisaran Roma jatuh cinta dengan jahe yang ia dapat dari perdagangannya dengan India. Jahe mendapat peran yang besar dalam lingkungan penduduk Roma. Mulai dari pemanfaatannya sebagai penyedap makananan hingga obat herbal. Bahkan, jahe termaktub dalam buku resep masak Roma yang berjudul Apicius. Jahe dan rempah lainnya kemudian mulai menjadi komoditi yang sangat berharga kala itu.

Bayangkan, Kekaisaran Romawi membayar tentaranya dengan garam dan rempah. Namun, hal itu belum seberapa. Pada abad 16 pekerja bongkar muat barang di pelabuhan. Jahe sendiri memiliki nilai yang lebih tinggi ketimbang domba. Namun, saat pamor rempah mulai panas, pamor jahe sempat hilang di Eropa. Itu adalah saat di mana Roma runtuh pada abad 2. Ia adalah Marco Polo yang kembali mengembalikan pamor jahe saat ia mengembara ke timur pada tahun 1200-an.

Tepatnya pada abad ke-13 perdagangan rempah mulai stabil, khususnya jahe. Ia menjadi komoditas asal Asia yang begitu digandrungi masyarakat Eropa. Perjalanan Marco Polo membuat jahe menjamah daerah-daerah baru yang juga berdampak pada nilai jual jahe. Pada abad ke-14, harga jahe dapat setara dengan kebutuhan pokok masyarakat.

Jahe Dulu dan Nanti: Indonesia Meramu Jamu

Melintas sepintas sejarah jahe membuka mata kita bahwa rempah satu ini sudah terkenal sejak dahulu. Khasiat jahe baik dalam bidang kesehatan dan kuliner menjadikannya salah satu rempah dengan harga yang tinggi. Meski pamornya sempat naik dan turun, namun terbukti hingga saat ini jahe masih menjadi primadona. Bahkan di Indonesia.

Sejarah mencatat, jahe telah masuk ke Indonesia bahkan sebelum masehi. Tentu, warga nusantara dengan berbagai kearifannya telah mengulik manfaat dari rempah ini. Buktinya, kita mengenal berbagai macam jenis minuman tradisional berbahan dasar jahe. Sebutlah jamu sebagai istilah yang paling terkenal untuk minuman herbal orang dulu ini.

Perihal kesehatan dari jamu, Indonesia punya pandangannya sendiri. Anggapan bahwa jamu, atau jahe yang sedang kita bahas, mampu menangkal berbagai penyakit terpatahkan dengan budaya minum jamu. Pasalnya, ajian jahe dan jamu hanya bisa muncul ketika ia menjadi way of life atau gaya hidup.

Sedikit yang mengetahui bahwa jamu berasal dari kata Jampi Husada. Setidaknya ungkapan ini mulai kembali muncul seiring kembalinya muruah jamu. Jampi husada merupakan bahasa Jawa kuno yang artinya doa kesembuhan. Pada masyarakat Jawa Kuno, peramu jamu punya nama Acaraki. Modernnya, Acaraki adalah barista untuk jamu.

Layaknya doa, efek dari jamu pun muncul setelah dikonsumsi berulang kali. Doa akan menampakkan hasilnya ketika dilakukan secara berulang. Ia bekerja layaknya kalimat positif yang kerap diulang-ulang sehingga terpatri dalam benak dan menjadi satu dalam kehidupan. Jamu di sisi lain, menampakkan khasiatnya setelah diminum secara rutin.

Kembali pada jahe, khasiatnya pun tak serta merta langsung muncul sekali tenggak. Indonesia dengan kearifannya mengajarkan bahwa jahe sebagai jamu sehat dalam kondisi tertentu. Jahe dalam jamu akan benar-benar berkhasiat kala ia menjadi bagian dari pola hidup sehat.

Sumber:

Bode, Ann M., Zigang Dong. 2011. Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. 2nd edition. CRC Press

Mc Cornick Science Institute. History of Spices. Mccornickscienceinstitute.com

Morais, Rodolfo. 2017. The Spice Trade: History of The Ancient Treasure of The East. Grapesandgrains.org

Whipps, Heather. 2008. How the Spice Trade Changed the World. Livescience.com

Sabtu, 31 Oktober 2020

Sosor Bebek

 
Hasil budidaya Pupid House (Foto: Kang Usep) 

Sosor bebek merupakan tanaman obat yang ada di jajaran koleksi Pupid House. Di kebun kami terdapat beberapa tangkai sosor bebek yang sebagiannya sudah kami budidayakan dalam polibek, dengan media tanam arang sekam dicampur dengan pupuk kandang. Tujuannya agar pengunjung yang datang bisa memilikinya untuk dijadikan tanaman obat dan diharapkan bisa membudidayakanya kembali dan menggunakannya sebagai obat. Di samping itu juga tanaman tersebut memiliki bentuk yang bagus untuk dijadikan sebagai tanaman hias di halaman rumah, baik tanaman dalam pot atau juga tanaman penghias halaman rumah.

Tanaman tersebut masih banyak terlihat di setiap pekarangan rumah di dekat pupid house. Meski kebanyakan kurang terawat dan diperhatikan, namun sebagian pemilik tanaman tersebut masih merawat dan menanamnya sebagai tanaman penghias rumah.

Tampak atas (Foto:Kang Usep)

Menurut informasi yang didapat, sosor bebek termasuk dalam kelas dicotyledoneae, berbangsa rosales, dan bermarga kalanchoe. Koleksi tanaman yang ada di Pupid house ini berdaun tunggal, ujung dan pangkalnya berbentuk runcing, serta tepinya bergerigi. Batangnya berwarna hijau kecoklatan dan tangkainya berwarna ungu.



Menurut para peneliti tanaman herbal, sosor bebek memiliki khasiat sebagai obat batuk dan penurun panas. Cara menggunakannya yaitu mengambil satu lembar daun yang masih segar atau kurang lebih 20 gram, dicuci dan ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempatkan pada dahi. Hal tersebut digunakan untuk obat penurun panas. Sementara untuk kandungan kimianya yaitu terdapat pada daun dan bunga yang mengandung saponin tanin, di samping itu bunganya juga mengandung flavonoida.

Salam Lestari!

Penulis: Firman Hafizd

Senin, 26 Oktober 2020

Khasiat Bandrek Serta Bahan Bakunya

Penulis: Huda Bilowo

Masyarakat meramu jamu, tentu ada sebabnya. Jamu, bukan sekadar jampi-jampi atau bergerak layaknya pil plasebo. Namun, orang dulu kerap menyeduh jamu sebagai ajian merawat tubuh. Salah satu jamu itu adalah bandrek.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memaknai jamu sebagai segala obat yang mengandung rempah seperti akar dan dedaunan. Lantas, bandrek yang berasal dari masyarakat Sundah ini pun dapat pula menyandang nama jamu. Selain dari kandungannya yang alami, ia juga berkhasiat layaknya obat.

Bayangkan, dalam satu gelas bandrek, ada setidaknya 6 khasiat utama. Berikut 6 khasiat bandrek yang umum:

1. Melawan penyakit kanker

2. Obat sakit gigi

3. Menurunkan tekanan darah

4. Mencegah peradangan

5. Mengatasi masuk angin

6. Mematikan patogen atau parasit asing yang masuk ke tubuh

Melihat khasiat bandrek tersebut, tentu sebagian orang bertanya-tanya: mengapa minuman sederhana itu kaya akan manfaat?

Terdapat dua jawaban. Pertama, kandungan bahan alami bandrek. Kedua, kearifan orang dulu dalam meramu dan mencampur berbagai bahan alami dalam satu seduhan jamu.

Mari kita telusuri kandungan serta manfaat bahan baku minuman asal Sunda ini.

Kandungan Serta Manfaat Bahan Baku Bandrek

Umumnya, bandrek terdiri dari 5 bahan utama, yakni: jahe merah, cengkeh, kayu Manis, biji pala, gula aren asli. Seiring berkembangnya zaman, sebagian orang kerap menambahkan susu sebagai penyedap rasa. Meski bukan bahan utama, bandrek dengan tambahan susu sangat digandrungi.

Namun, kali ini kita akan membahas 5 komponen utama bandrek tanpa susu.

1. Jahe Merah

Yang menjadi primadona dan komponen terpenting dari bandrek ada 2, yakni: jahe merah dan gula aren. Menjadi tulang punggung dari bandrek, tentu jahe merah sendiri kaya akan khasiat kesehatan. Bahan ini menjadi dalang dari salah satu khasiat bandrek, yakni penurun tekanan darah.

Tumbuhan bernama latin Zingiber officinale Roscoe ini mengandung berbagai senyawa. Terdapat 3 zat dalam jahe merah yang baik untuk kesehatan, yakni: phenolic, dan minyak atsiri, zingeron.

Pertama, phenolic terkenal sebagai pembuang angin dan gas dalam tubuh. Zat ini merupakan senyawa yang bekerja baik dalam sistem pencernaan manusia. Ia mampu meredakan iritasi pada sistem pencernaan, mencegah kontraksi serta melancarkannya. Itu sebabnya mengapa orang mengenal jahe mampu menyembuhkan masuk angin. Hal ini karena phenolic yang bekerja mengurangi kandungan gas dalam perut.

Kedua, minyak atsiri si pembasmi penyakit. Minyak atsiri banyak terdapat dalam obat-obatan medis yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Ini karena atsiri mengandung zat shogaol, gingerol, zingeron, serta  zat-zat antioksidan yang mampu meredakan penyakit ringan maupun berat.

Ketiga, zingeron si pengurai nyeri. Jahe juga mampu mengurangi sakit gigi dan sakit kepala. Ini karena jahe merah mengandung zingeron yang kerap terkandung pada obat-obatan medis yang mampu mengurangi nyeri. Zingeron mampu mengatasi urusan berat badan, menjaga kesehatan jantung, meredakan penyakit mual dan muntah

mencegah kanker, mengobati sakit kepala dan alergi. Bahkan, zingeron mampu memperbaiki istem kekebalan tubuh serta meningkatkan vitalitas pria.

2. Gula Aren

Sebagai komponen terpenting kedua dalam bandrek, gula aren juga tak kalah menyehatkan. Gula ini jelas berbeda dengan gula lainnya, seperti gula pasir atau gula kelapa. Gula aren terbuat dari nira dengan kadar glikemik yang lebih banyak dari gula kelapa.

Nira sendiri adalah sebutan dari getah i tebu, bit, sorgum atau mapel. Nira juga berasal dari getah pohon dari keluarga palma seperti aren, kelapa, kurma, nipah, sagu, siwalan. Sebagian orang menyebut bahwa gula aren berasal dari nira atau getah pohon kolang-kaling.

Gula aren mengandung karbohidrat, protein, lemak. Kandungan ini kerap menjadi dalang dari stigma negatif gula. Mulai dari obesitas hingga penyakit gula. Namun, jangan salah. Kebanyakan penyakit tersebut berasal dari unsur UREA yang biasa digunakan untuk membuat gula pasir.

Sedangkan untuk gula aren, terkandung zat berkhasiat yang cukup. Sebutlah kalsium, zat besi, fosfor, vitamin B3 dan vitamin C. Selain itu, gula aren mengandung zat antioksidan yang cukup tinggi.

Pertama, kandungan B3 dan niasin dalam gula aren berfungsi sebagai pengendali kolesterol. Sejak tahun 1950-an, kandungan ini memang menjadi andalan dalam mengobati penyakit yang banyak menjangkit orang itu. B3 dan niasin juga berfungsi merangsang otak kecil. Hasilnya, senyawa ini mampu menciptakan sensasi rileks. Tak ayal, B3 kerap terkandung dalam obat depresi dan kelelahan.

Kedua, tentu kita semua tahu manfaat vitamin C. Zat ini adalah biang yang mampu menjaga imun tubuh serta menyehatkan kulit. Vitamin C juga mampu menangkal sel kanker serta mengurangi risiko serangan jantung.

Ketiga, zat besi dan fosfor merupakan zat yang mampu membantu regenerasi tubuh. Fosfor, misalnya. Dalam pembentukan DNA tubuh, fosfor merupakan komponen yang penting. Sedangkan zat besi

3. Cengkeh

Sudah sejak dulu cengkeh menjadi salah satu pilihan tabib dalam meramu obat herbal. Penggunaannya dari dulu hingga kini tentu bukan tanpa alasan. Peneliti dari berbagai penjuru dunia ramai mempelajari tanaman mungil satu ini. Terbukti, cengkeh memiliki khasiat yang luar biasa. Antara lain, pereda rasa sakit, pereda batuk berdahak, sakit perut dan perut kembung.

Cengkeh mengandung zat yang memiliki kemampuan untuk meredakan nyeri dan sakit. Kandungan tersebut berupa zat saponin, tannin, flavonoid, dan polifenol yang mampu membantu proses penyembuhan luka. Tannin, misalnya. Ia membantu dengan cara meningkatkan jumlah pembentukkan pembuluh darah kapiler. Kemudian, flavonoid berguna untuk merangsang produksi vascular endothelial yang berguna dalam pembentukan pembuluh darah baru.

Tak hanya itu, senyawa tersebut juga memiliki kadar antioksidan yang tinggi sehingga mampu menangkal sel kanker dan penyakit. Semua khasiat cengkeh tersebut lebih banyak terkandung pada daunnya. Namun, bukan berarti cengkeh sendiri tidak memiliki kandungan yang sama. Hanya saja dengan kadar yang lebih sedikit.

4. Kayu Manis

Siapa yang tidak kenal dengan kayu manis? Rempah ini menjadi salah satu bumbu dapur yang populer untuk menambah aroma serta penyedap rasa. Tak terkecuali untuk bandrek, minuman tradisional khas Sunda. Penambahan kayu manis dalam bandrek tak sekadar penyedap, namun juga kaya manfaat.

Kayu manis mengandung alkohol sinamat, kumarin, asam sinamat, sinamaldehid,

antosianin dan minyak atsiri dengan kandungan gula, protein, lemak sederhana, dan pektin. Senyawa menjadikan kayu manis sebagai antimikroba, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah, kolesterol dan memiliki senyawa rendah lemak.

Berikut khasiat dari kayu manis untuk kesehatan tubuh: menurunkan risiko penyakit jantung, melawan bakteri serta jamur penyebab infeksi, penangkal radikal bebas dan kanker.

5. Biji Pala

Biji pala merupakan salah satu komponen tambahan dalam minuman bandrek. Tak banyak yang menambahkan biji pala sebagai perasa dalam minuman ini. Hal ini karena jahe dan cengkeh sudah memberikan rasa pedas.

Meski hanya sekadar tambahan, bukan berarti ia tidak punya manfaat. Ia mengandung komponen seperti minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristisin, elemisin, enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena, dan asam oleanolat.

Dua kandungan pada biji pala yang paling terkenal khasiatnya adalah miristisin dan elemisin. Zat ini mampu menjadi obat penenang yang mampu menangkal gangguan tidur. Selain itu, kita sudah membahas sebelumnya kemampuan minyak atsiri. Kandungan tersebut merupakan antijamur, antioksidan, dan antibakteri alami yang terkandung pada biji pala.

 

Sumber:

Aryanta, I Wayan Redi. 2019. Manfaat Jahe untuk Kesehatan. E-Jurnal Widya Kesehatan, Volume 1, Nomor 2.

Emilda. 2018. Efek Senyawa Bioaktif Kayu Manis Terhadap Diabetes Melitus: Kajian Pustaka. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1

Febriani et al. 2018. The Potential Use of Red Ginger (Zingiber officinale Roscoe)

Dregs as Analgesic. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology.

Heryani, Hesty. 2016. Keutamaan Gula Aren & Strategi Pengembangan Produk. Lambung Mangkurat University Press. 

Nurdjannah, Nanan. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Volume 3 Nomor 2: 61 - 70

Rahadian, Dhimas Dita. 2009. Pengaruh Ekstrak Biji Pala Terhadap Waktu Induksi Tidur dan Lama Waktu Tidur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

 

 

Kamis, 09 Juli 2020

Campoleh, Buah Superfood yang Semakin Langka

Pohon campoleh koleksi Pupid House (foto: Ilham N.)

Campoleh adalah sebutan dalam bahasa Sunda untuk buah sawo mentega atau buah alkesah. Pohon buah ini banyak ditemukan di Jawa Barat. Nama latinnya yaitu Pouteria campechiana, dalam bahasa Inggris tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan canistel atau egg fruit.

Tanaman ini semula berasal dari Meksiko, terutama dari daerah Campeche. Mungkinkah nama campoleh dalam bahasa Sunda berkaitan dengan penyebutan nama daerah asal buah ini?

Di Cianjur sendiri, tanaman ini tidak asing bagi masyarakat setempat. Orang-orang sekitar menganggap ini adalah buah yang biasa saja, padahal memiliki nilai manfaat yang cukup tinggi, bahkan diklaim sebagai salah satu alternatif superfood (makanan super).

Beberapa pihak menilai buah ini kaya betakaroten dan tinggi mineral, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Buah ini memiliki sifat anti-inflamasi dan anti mikroba, sehingga bermanfaat untuk membersihkan infeksi bakteri dan jamur dalam tubuh. Buah ini juga kaya serat sehingga sempurna untuk memelihara kesehatan pencernaan.

Pupid House memiliki koleksi pohon campoleh yang saat ini semakin langka keberadaannya. Dari pengamatan bentuk buah dan pohon, teridentifikasi dua varietas campoleh. Dari empat pohon di  lahan kebun, ada yang menghasilkan buah berbentuk lonjong dan ada juga yang bentuknya lebih membulat.

Campoleh segar yang baru dipetik (foto: Ilham N.)

Tanaman ini berbuah sepanjang tahun, buah muda berwarna hijau cerah dan menjadi kekuningan setelah tua. Buah yang telah matang di pohon biasanya akan jatuh dari tangkainya, maka untuk mendapatkan hasil yang baik, biasanya buah yang sudah tua dipetik sebelum matang lalu diperam atau disimpan di tempat tertutup. Tujuannya untuk mendapatkan tingkat kematangan dan tekstur yang baik.

Penulis: Ilham Nurwansah