Budidaya Tanaman Herbal di Pupid House

Usep Firman Hapid merintis bududaya tanaman herbal di kebun Pupid House. Upaya ini untuk melestarikan tanaman lokal yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Campoleh, Buah Superfood yang Semakin Langka

Dianggap buah biasa, padahal memiliki nilai manfaat yang cukup tinggi, bahkan diklaim sebagai salah satu alternatif superfood (makanan super).

Aroma Terapi Pandan Wangi

Aroma khas pandan wangi cocok untuk terapi relaksasi. Apa saja manfaat lain dari tumbuhan herbal ini?

Kemangi, Si Wangi Kaya Manfaat

Kebun Pupid House memiliki koleksi kemangi dengan beragam manfaat, mulai dari pewangi, bumbu masak, minuman dan ramuan herbal.

Turkey Berry (Takokak) Mampu Turunan Asam Urat

Takokak biasanya dikonsumsi sebagai lalapan oleh masyarakt Sunda. Setelah buahnya direbus hingga lunak, tentu lebih nikmat jika dicocol sambal pedas.

Minggu, 10 Januari 2021

Legenda Pala Indonesia: Rempah Si Penyembuh Wabah

 

Sejak dahulu, Indonesia memang terkenal akan kekayaan rempahnya. Jika tidak, maka tak akan ada tumpah darah antara bangsa Nusantara dengan pendatang. Rempah merupakan salah satu sebab ekspansi besar-besaran bangsa kolonial mancanegara. Namun, tahukah Anda? Ada satu rempah yang begitu terkenal, hingga menjadi rebutan Inggris dan Belanda?

 

Rempah itu adalah pala, sebuah rempah yang punya sejarah. Bagi masyarakat Nusantara, biji pala memiliki kisahnya tersendiri. Sebuah kisah berdarah yang menyeret dua bangsa kolonial besar dalam perebutan pulau kecil di ujung barat Indonesia.

 

Alasan konflik itu sederhana, yakni perebutan rempah-rempah, termasuk pala. Konflik bereskalasi kala pala menjadi rempah yang diidam--idamkan oleh bangsa Eropa pada abad ke-17. Khasiatnya sebagai obat membuat manusia rela mengorbankan nyawa mereka demi rempah itu. Tak hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pala juga banyak khasiat.

 

Kandungan minyak atsiri menjadi salah satu kebaikan yang manjur menyembuhkan berbagai penyakit. Pala dipercaya mampu menyembuhkan masalah pencernaan, sakit kepala, sakit perut, bahkan menyembuhkan wabah sampar. Kandungan lainnya, yakni saponin, miristisin, elemis, enzim lipase, pektin, dan masih banyak lainnya mampu meredakan rasa sakit.

 

Sebelum memasuki abad ke-17, pala sendiri sudah terkenal di kancah internasional. Prancis, misalnya. Mereka menjadikan pala sebagai bahan pada makanan mereka, seperti untuk membuat bechamel. Begitu pula Inggris yang menjadikan rempah itu sebagai bahan pembuatan tar kustar, puding, bahkan menjadi pelengkap kopi dan coklat panas.

 

Mengetahui harga pasar dunia yang tinggi untuk pala, Inggris melakukan eksplorasi. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah pulau kecil di Hindia Belanda dengan hasil pala yang melimpah--Pulau Run, Banda.

Pala dan Pulau Run di Banda

Kepulauan Banda merupakan salah satu penghasil rempah unggulan Nusantara. Pada tahun 1600-an, pihak VOC membuat perjanjian dengan warga Banda, bahwa mereka harus menjual hasil rempahnya, termasuk pala, hanya mereka. Tahun itu adalah tahun di mana pala masih menjadi rempah primadona khalayak dunia.

 

Kepopuleran pala membuat VOC menjadi begitu posesif. Belanda melarang ekspor pala keluar Banda. Bahkan jika ada, VOC menyiram biji pala yang hendak keluar dari Banda dengan jeruk nipis agar tidak subur. Namun, hal ini tidak membuat negara lain menyerah dalam mengeruk hasil pala Pulau Banda itu.

 

Giles Milton, seorang jurnalis asal Inggris, membukukan legenda rempah Indonesia itu dalam sebuah buku berjudul Pulau Run, Magnet Rempah-rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan. Pada pulau terkecil di Kepulauan Banda itu menjadi saksi bisu perseteruan Inggris dan Belanda demi meraih pala dan rempah lainnya.

 

Pada tahun 1616, Inggris mendirikan koloni di pulau kecil sekitaran Banda, yakni Pulau Run dan Pulau Ay. Tentu, hal ini menjadi ancaman bagi VOC yang hendak memonopoli hasil rempah di Banda. Konflik semakin panas ketika Pulau Run panen besar rempah. Belanda kian ngebet merebut pulau pala itu hingga pertikaian pun tak terelakkan.

 

“Pada masa itu, Run adalah pulau yang paling dibicarakan di dunia, sebuah tempat dengan kekayaan yang  begitu menakjubkan sehingga sebagai perbandingan, harta sepuhan Eldorado terlihat murahan. Namun, anugerah yang dimiliki Run bukan turunan dari emas— alam telah menganugerahkan sebuah hadiah yang jauh lebih berharga di atas tebing-tebingnya,” ungkap Milton dalam bukunya.

 

Setelah hampir setengah abad konflik tak kunjung padam, berakhirlah mereka pada sebuah penawaran: Inggris hendak menyerahkan Pulau Run kepada Belanda. Namun, pulau rempah itu bukannya gratis. Kesepakatan itu bukan kesepakatan sepihak di mana salah satu pihak saja yang untung. Kesepakatan itu bulat, ketikan Belanda memutuskan memberikan Manhattan sebagai imbalan atas pemberian Inggris atas Pulau Run.

 

Traktat Breda di Kota Breda, Belanda, pada 31 Juli 1667 menjadi akhir kisah perebutan Pulau Run. Perjanjian itu berisi penyerahan Pulau Nieuw Netherland di Amerika Utara kepada dari Belanda kepada Inggris sebagai ganti Pulau Run yang akan diserahkan pada Belanda.

Pala Si Penyembuh Wabah Sampar

Yang menjadi salah satu nilai tinggi pala adalah kandungannya yang mampu menyebuhkan wabah sampar. Wabah dengan nama lain pes itu pernah menjadi wabah yang sangat mematikan di Eropa pada tahun 1300 an. Ternyata, buah pala menjadi salah satu penangkal wabah ini.

 

Tentu, pernyataan ini tidak datang dari langit. Pada buku berjudul Napoleon’s Buttons karya Penny Le Couteur dan Jay Burreson itu pala disebut mampu menangkal wabah. Khususnya, rempah itu dipercaya menjadi penangkal wabah pes dalam fenomena black death abad 14. Untuk menangkal wabah itu, pala dimasukkan ke dalam kantong kecil yang kemudian dikalungkan.

 

Terdengar klenik, bukan? Namun, ada penjelasan perihal perilaku mengenakan kalung pala ini. Pada buku tersebut pula dijelaskan bahwa aroma pala memiliki komponen bernama isoeugenol yang menjadi insektisida alami. Itu sebabnya pala begitu diburu.


penulis: HUDA BILOWO 

 

 

Sumber:

Milton, Giles. 2015. Pulau Run Magnet Rempah-Rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan. Tangerang: Alvabeit.

 

Khairunnisa, Syifa Nuri. 2020. Pala, Rempah yang Dipercaya Bisa Menangkal Pandemi Black Death pada Abad Ke-14. detik.com

Senin, 28 Desember 2020

Pelajaran Budidaya Kelapa di Priangan Abad 19


Penjelasan tentang budidaya kelapa dalam artikel ini bersumber pada buku Wawacan Wulang Tani karya Raden Haji Muhammad Musa (1822 – 10 Agustus 1886), seorang ulama dan kepala Penghulu Limbangan, Garut. Bukunya diterbitkan tahun 1862 di Batavia oleh percetakan-penerbit Lands-drukkerij. Cetakannya menggunakan aksara Cacarakan (Jawa-Sunda), dan bahasa Sunda. Secara keseluruhan, teks dalam buku tersebut menjelaskan 32 jenis tanaman yang biasa dibudidayakan di daerah Priangan, khususnya Limbangan, Garut pada abad ke-19 M. 

Buku ini berawal dari naskah tulisan tangan yang kemudian dicetak. Selain dalam bahasa Sunda, Wawacan Wulang Tani juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Versi dalam bahasa Jawa telah dibuat suntingan teks dan terjemahannya oleh Suroto dan terbit tahun 2019.

Budidaya kelapa disebutkan pada bagian pertama secara rinci dan cukup lengkap. Mulai dari cara menanam, perkiraan waktu hingga berbuah dan panen, kisaran harga di pasaran dan jenis-jenis kelapa yang umum ditanam pada masa itu. Penjelasan itu dituliskan dalam bait-bait puisi yang disebut pupuh menggunakan bahasa Sunda.

Pupuh memiliki aturan guru lagu  (bunyi vokal suku kata akhir) dan guru wilangan (jumlah suku kata) tertentu, tergantung jenis pupuhnya. Bagian bahasan tentang kelapa ini menggunakan pupuh Asmarandana, dimulai dalam pada (bait) ke-12, di halaman 5 sampai pada ke-28 di halaman 8.  

Pembacaan kembali dan alih aksara saya kerjakan sendiri, dilengkapi dengan terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia. Berikut ini teks lengkap tentang budidaya kelapa:  

 

(12)

Nomer hiji nu dianggit,

upama melak kalapa,

anu enggeus kapiconto,

kudu dikitrikeun heula,

ti nu kolot tangkalna,

kitri tilu opat daun,

éta meujeuhna dipelak.

Gubahan pertama yaitu menanam kelapa. Seperti yang telah dicontohkan sebelumnya, kelapa harus disemai dulu bijinya dari pohon yang sudah tua. Setelah kitri (tunas kelapa) berumur tiga sampai empat tahun, barulah cukup untuk ditanam.

 

(13)

Kudu dilobang sakaki,

pasagi lega jerona,

supaya akarna hadé,

ari picarangeunana,

pasagi dua tumbak,

di handap amparan batu,

cur dicician ci uyah.

Untuk menanamnya harus dibuat lubang dengan ukuran satu kaki, berbentuk persegi yang luas bagian dalamnya, agar akarnya tumbuh dengan baik. Setiap lubang diberi jarak dua tumbak. Bagian dasarnya dialasi batu, kemudian dituangkan air garam.

 

(14)

Jeung pucukna banjur deui,

tutulak dua perkara,

supaya rinyuh teu daék,

sarta bangbung hanteu datang,

kadua kadi hama,

bangbung sok nyatuan pucuk,

rinyuh ngahakanan akar.

Bagian pucuknya juga harus disiram (dengan air garam), sebagai penolak dua hal, yaitu agar hama rayap tidak suka, dan bangbung (kumbang tanduk) tidak datang. Keduanya adalah hama. Bangbung sering memakan pucuk, sedangkan rayap memakan akarnya.

(15)

Mana réa nu teu jadi,

nyaéta nu jadi hama,

ku ci uyah tambana téh,

di mana enggeus sintungan,

la <6>kalokopna,

supaya tangkal teu jucung,

ngarandakah réa manggar.

Jika banyak yang tidak tumbuh akibat serangan hama, maka diobati dengan air garam. Jika sudah tumbuh sintung, lepaskan kalokop­­-nya agar pohon tidak terlalu tinggi, dan memiliki banyak batang buah.   

 

(16)

Lamun dipelakkeun kitri,

dina lemah anu panas,

adatna mah tara géséh,

ngan tujuh taun lilana,

nepi kana buahan,

di dinya sedeng dipupu,

diala mangpaat buah.

 Jika kitri ditanam pada lahan yang panas, biasanya sampai berumut sekitar tujuh tahun hingga berbuah. Itulah waktu yang tepat untuk dipanen, diambil manfaat dari buahnya.

 

(17)

Mun dipelak di nu tiis,

tepina kana buahan,

anu engeus kapiconto,

salapan taun lilana,

kakara rék papacal,

anu geus bukti kapungkur,

dina hiji-hiji tangkal.

Jika ditanam di tempat dingin, seperti telah dicontohkan baru akan berbuah setelah berumur sembilan tahun. Bukti dari pengalaman dulu. Pada setiap pohon,

 

(18)

Manggaranana geus ridih,

wates lima genep manggar,

buahna nya kitu kénéh

béda-béda cara manggar,

hanteu tangtu lobana,

muat welas muat puluh,

malah malah sok likuran.

Batang buahnya telah berkembang dengan baik, dengan jumlah lima sampai enam batang. Begitu pun jumlah buahnya berbeda-beda. Banyaknya tidak tentu. Ada yang berbuah mulai dari sepuluh, bahkan sampai dua puluhan buah.  

 

(19)

Harga dina buah hiji,

nu geus kaprah harga pasar,

hanteu kurang ti opat sén,

malah-malah rajeun tambah,

ari musim mahal mah,

tara kurang ti sabaru,

sakitu harga kalapa.

Harga umum di pasar untuk satu biji belapa, tidak kurang dari empat sen. Malah bisa lebih jika sedang musim mahal, yaitu tidak kurang dari satu baru. Demikianlah harga kelapa.

 

(20)

Adat kalapa nu galib,

sedengna buahanana,

nu disebut angger kénéh,

likuran taun lilana,

<7> teu téréh téréh rumbah,

wates lima puluh taun,

kakara mimiti kurang.  

Perilaku kelapa pada umumnya ketika sedang berbuah, bisa bertahan sampai dua puluh tahunan. Tidak cepat-cepat tumpul. Baru pada umur lima puluh tahun, mulai berkurang menghasilkan buah.

 

(21)

Kurang buah ogé hasil,

hanteu aya kapiceunna,

ana tangkalna geus paéh,

dituar paké dangdanan,

nambah raraga imah,

pikeun limbar jeung pamikul,

kitu kahasilanana.

Walaupun buahnya kurang, tetapi tetap bisa diambil manfaatnya dan tidak ada yang terbuang. Jika tpohonnya sudah mati, bisa ditebang untuk bahan bangunan, menambah kerangka rumah, untuk limbar dan pamikul. Demikianlah hasil yang bisa diambil. 

 

(22)

Kitu catur ahli tani,

kalapa téh opat warna,

kabéh saaturan baé,

mungguh dina tarékahna,

nu sarua jeung éta,

cara nu enggeus disebut,

kitu pangajaranana.

Demikianlah ujar ahli tani. Kelapa ada empat jenis. Semua memiliki cara menanam dan mengurus yang sama satu sama lain, seperti yang telah disebutkan. Demikianlah yang diajarkan olehnya.

 

(23)

Sahji kalapa bali,

kalapa berner kadua,

katilu kalapa héjo,

kalapa gading kaopat,

hanteu sarwa buahna,

peta melak mah nya kitu,

teu aya pisan bédana.

Yang pertama kelapa bali, kedua kelapa berner, ketiga kelapa hijau, yang keempat kelapa gading yang buahnya tidak serupa. Cara menanamnya tidak ada bedanya sama sekali.

 

(24)

Pangajaran hiji deui,

kalapa puyuh melakna,

nya cara nu tadi baé,

ngan aya ogé bédana,

mungguh buahanana,

wates umur opat taun,

mun dipelak di nu panas.

Sebuah pelajaran lagi yaitu cara menanam kelapa puyuh. Seperti halnya kelapa yang telah disebutkan tadi, tetapi ada perbedaannya. Waktu berbuahnya pada umur empat tahun jika ditanam di tempat yang panas.  

 

(25)

Mun dipelak di nu tiis,

nepi ka buahanana,

wates tujuh taun ogé,

enggeus arasak bu <8> ahna,

ngan kurang harga buah,

wantu-wantu tina lembut,

dua tilu sén kaprahna.

Jika ditanam di tempat yang dingin, sampai berbuah dalam waktu tujuh tahun, buahnya sudah matang (cukup tua), tetapi harga buahnya rendah, karena ukurannya kecil-kecil. Umumnya dihargai dua sampai tiga sen.

 

(26)

Pangajaran hiji deui,

aturan kalapa génjah,

nya cara nu tadi baé,

dina sagala-galana,

mungguh buahanana,

sami jeung kalapa puyuh,

umurna kana buahan.

Satu pelajaran lagi yaitu tata cara menanam kelapa genjah, yaitu seperti halnya kelapa yang telah disebutkan tadi dalam segala halnya. Sedangkan umurnya hinga berbuah sama seperti kelapa puyuh.

 

(27)

Melak kalapa téh misti,

kudu dina enggon panas,

di nu tiis hanteu hadé,

tada daékeun buahan,

ari ukuranana,

taneuh nu handap nu luhur,

nu geus kajajal kacoba.

Menanam kelapa itu diharuskan di daerah panas, sedangkan di daerah dingin tidak baik. Pohonnya enggan berbuah. Adapun ukuran tinggi dan rendahnya tanah untuk menanam kelapa yang telah dicoba dan dialami.

 

(28)

Dina tilu rébu kaki,

luhurna tina sagara,

kalapa mérékététét,

hanteu daékeun sintungan,

luhur-luhurna pisan,

palemahan dayeuh Garut,

dua rébu ti sagara.

Dua sampai tiga ribu kaki di atas permukaan laut, maka kelapa tumbuh kerdil, enggan mengeluarkan bakal buah. Daerah paling tinggi misalnya di kota Garut, yang tingginya berkisar dua ribu kaki di atas permukaan laut.

 

Ilham Nurwansah, Peneliti naskah Sunda, admin Kairaga.com


Minggu, 20 Desember 2020

Meski Baik, Jangan Konsumsi Kayu Manis Secara Berlebihan

 

Siapa yang tidak tahu rempah satu ini? Saking terkenalnya kayu manis, harga jualnya sangat tinggi. Terlebih, harga kayu manis hampir menyamai mutiara pada abad pertengahan. Hingga saat ini pun, kayu manis masih menjadi salah satu primadona untuk penyedap rasa. di artikel sebelumnya kami sudah membahas tentang Asal-usul Kayu Manis

 

Kayu manis merupakan bahan tambahan dalam makanan dan minuman. Tak terkecuali minuman herbal dan jamu. Selain karena mampu menambah rasan dan aroma pada minuman, ia pun kaya akan khasiat.

 

Beberapa khasiat kayu manis antara lain bekerja sebagai antioksidan dan meredakan nyeri. Meski terdengar begitu baik, namun, tahu kah Anda bahwa senyawa dalam kayu manis pun dapat menjadi jahat bagi tubuh?

 

Kandungan kayu manis seperti cinnamaldehyde ini punya sisi lain selain khasiat. Tentu ini menimbulkan pertanyaan. Cinnamaldehyde ini adalah zat dari kayu manis yang punya beberapa manfaat. Antara lain sebagai anti-virus, anti-bakteri dan anti-fungi. Sebuah manfaat yang sangat dibutuhkan saat pandemi, bukan?

 

Namun,  cinnamaldehyde punya efek samping jika dikonsumsi berlebian. Itu sebabnya, mengonsumi kayu manis secara rutin bisa jadi berdampak buruk pada diri. Lantas, apa sebabnya? Dan apa dampaknya?

1. Kerusakan Organ Hati dan Risiko Kanker

Terlalu sering mengonsumsi kayu manis berisiko merusak organ hati. Mengapa? Mengutip dari Tempo, kandungan coumarin pada kayu manis menyebabkan racun pada tubuh. Idelanya, batas konsumsi coumarin per hari bagi manusia adalah 0.1 mg per berat badan. Jika lebih dari itu, maka akan menjadi racun bagi hati.

 

Kadar coumarin pada kayu manis pun berbeda-beda. Pada jenis kayu manis cassia, kadar coumarin lebih tinggi. Sedangkan dalam kayu manis ceylon, kandungan coumarin relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jenis cassia.

 

Coumarin yang menyebabkan racun tersebut, dapat berkembang menjadi kanker lantaran sifatnya yang merusak. Ketika terdapat kerusakan organ, maka proses pergantian sel sehat dengan sel tumor berpotensi terjadi. Akibatnya, terdapat peningkatan risiko kanker dan tumor.

2. Masalah dari Cinnamaldehyde: Penurunan Gula Darah hingga Luka pada Mulut

Sebelumnya, cinnamaldehyde punya khasiat yang tak kalah penting untuk kesehatan. Namun, khasiat ini dapat berubah menjadi musibah jika terlalu sering dikonsumsi. Cinnamaldehyde dapat menyebabkan beberapa masalah yang berhubungan dengan khasiatnya.

 

Pertama, turunnya kadar gula darah secara berlebihan. Cinnamaldehyde berperan dalam proses diet seseorang. Itu sebabnya, orang yang ingin menurunkan berat badan kerap meminum kayu manis. Namun, jika terlalu sering zat ini akan menimbulkan masalah. Antara lain kadar gula yang terlalu rendah atau hipoglikemia.

 

Ketika kadar gula seseorang terlalu rendah, maka ia berpotensi untuk cepat lelah, pusing, dan bahkan mudah pingsan.

 

Kedua, cinnamaldehyde mampu menimbulkan masalah pada paru-paru. Kasus ini hanya ditemukan pada konsumsi kayu manis bentuk bubuk. Meski jarang terjadi, patut diwaspadai untuk orang yang asma, bubuk kayu manis yang tidak sengaja terhirup mampu menimbulkan masalah. Bubuk ini mampu menyebabkan iritasi pada tenggorokan yang kemudian berlanjut pada masalah pernapasan.

 

Ketiga, luka pada mulut sebab cinnamaldehyde. Terlalu banyak mengonsumsi cinnamaldehyde menyebabkan reaksi pada mulut, salah satunya alergi. Akan ada rasa sensasi panas dan terbakar tanda cinnamaldehyde yang terlalu banyak.

 

Itulah beberapa efek samping dari kayu manis. Sederhananya, melakukan atau mengonsumsi sesuatu secara berlebihan itu tidak baik, meskipun kita tahu zat itu sehat. Termasuk kayu manis. 

 

Salam sehat dan lestari.

Penulis: Huda Bilowo

Sabtu, 12 Desember 2020

Khasiat Pohon Jambu monyet

 

Daunnya terasa kecut, enak jika dipadukan dengan daun pepaya yang masih muda sebagai lalapan. Di Pupid House, kami sangat suka mengkonsumsi daunnya yang masih muda sebagai lalapan yang ditemani sambal terasi mentah.

 

Pohon ini berdaun tunggal, bentuknya berbentuk bulat telur, dan di bagian tepinya rata. Pangkal daunnya runcing dan ujungnnya membulat. Memiliki panjang 8 hingga 22 sentimeter. Memiliki lebar 5 sampai 13 sentimeter. Daunnya berwarna hijau dan merah kecoklatan jika masih muda.

 

Buahnya memiliki rasa sedikit kecut, dan seratnya banyak. Bentuknya melengkung, memiliki panjang kurang lebih 3 sentimeter, dan warnanya hijau kecoklatan. Kadang berwarna merah kecoklatan jika sudah matang. Uniknya, buah ini memiliki biji yang berada di luar buah. Bentuknya bulat panjang, melengkung, dan pipih serta berwarna coklat tua. Batang pohonnya berkayu, berbentuk bulat, dan putih kotor.

 

Umumnya pohon ini disebut jambu monyet. Tapi di setiap daerah memiliki nama yang berbeda-beda. Seperti di daerah Minangkabau, pohon ini bernama jambu orang, sedangkan di Lampung disebut pohon gaju. Untuk di daerah  Jawa, pohon ini disebut dengan jambu mete. Sementara di daerah Sunda, di mana Pupid House berada, disebut dengan jambu mede.

 

Di daerah Sulawesi, khususnya di masyarakat Bugis, pohon ini punya sebutan jambu sereng, sementara di Makasar disebut dengan jambu dare. Jika di daerah Maluku, pohon ini disebut dengan kanoke.

 

Pohon tersebut termasuk ke dalam suku anacardiaecae dan bermarga anacardium. Pohon jambu monyet ini termasuk ke dalam jenis anacardium occidentate L. Di Pupid House, pohon ini sudah lama ada sekitar 12 tahun lamanya. Ditanam di bagian halaman depan rumah dekat dengan jalan umum. Jalan Halteu Malaber Kp. Waas Desa Bojong, Kecamatan Karangtengah Cianjur.

Pohon jambu monyet di bagian depan Pupid House


Untuk jumlah keberadaan pohon jambu monyet ini, sudah ada 1 di bagian depan Pupid House, dan 3 lagi di kebun bagian belakang Pupid House.

 

Pucuk daun jambu mede yang biasa dijadikan lalapan
(Foto: Kang Usep)

Tidak jarang banyak warga sekitar yang ikut menikmati daun muda dari jambu monyet ini untuk dijadikan lalapan sehari-hari jika sedang tumbuh daun baru. Tak jarang juga buahnya sering dikonsumsi langsung. Sementara biji dari buah jambu monyet ini tergeletak begitu saja dan tumbuh secara alami. Kami belum mendapatkan informasi mengenai manfaat biji jambu monyet ini untuk diolah sebagai makanan atau sebagai obat herbal.

Tampak terlihat bunga yang siap berbuah
(Foto: Kang Usep)


 

Jika kami menjumpai pohon jambu monyet yang tumbuh sembarangan karena persemaian biji yang tergeletak begitu saja, kami senantiasa memindahkannya ke dalam polibek yang diisi media sekam bercampur tanah dan pupuk kandang untuk membudidayakannya. Ada sekitar 5 polibek yang saat ini tumbuh dari hasil budidaya dan siap untuk ditanam atau dipindah ke dalam pot atau ditanam di tanah. Jika ada yang membutuhkan silahkan tukar dengan buku, atau tanaman lain sebagai saling tukar hadiah.

 

Pohon jambu monyet di bagian belakang Pupid House

Dari hasil pengamatan dan pencarian data yang kami dapatkan, pohon ini memiliki kandungan kimia pada kulit batangnya yang mengandung alkaloida, tanin, saponin, dan flavonoida. Sementara daun yang biasa kami konsumsi sebagai lalapan, untuk kandungan kimia atau lainnya, kami belum mengetahui hal tersebut meski sering menkonsumsinya. Hal itu hanya merujuk pada kebiasaan masyarakat Sunda terutama masyarakat yang ada di sekitaran Pupid House telah turun-temurun menjadikannya sebagai lalapan.

 

Untuk khasiat dan kegunaan dari pohon jambu monyet yang kami ketahui informasinya, adalah sebagai obat urus-urus, sariawan, dan obat jerawat. Menurut hemat kami, cara mengolahnya agak membuat malas tidak seperti tanaman yang beberapa sudah kami rangkum sebelumnya seperti Daun Binahong, Daun Beringin, Kayu Manis, Alkesa, dan Sosor Bebek. Dikarenakan yang digunakan adalah kulit batangnya.

 

Daun muda jambu monyet bersama teman-temannya

Cara mengolahnya adalah: kurang lebih 10 gram kulit batang, dicuci dan direbus dengan 2 gelas air selama 2 menit. Hasil rebusan tersebut kemudian diminum sehari dua kali sama banyak. Informasi tersebut kami dapatkan langsung dari hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau disingkat LIPI dan dari Dinas Kesehatan.

 

Saat ini kami berusaha untuk menanamnya dengan cara memperbanyak lewat biji dari buah tersebut. Dikeringkan lalu disemai ke dalam polibek yang berisi media sekam bakar yang kami buat secara mandiri. Media sekam bakar tersebut kemudian dicampur dengan tanah subur dan kotoran hewan dengan komposisi 4:1:1.

 

Pohon jambu monyet di antara tanaman obat lainnya

Untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap dan pengamatan lebih dalamnya, kami membutuhkan waktu dan bantuan dari para pembaca sekalian. Jika ada pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas mengenai pohon jambu monyet ini, kami sangat mengharapkan bisa berdiskusi dan saling bertukar informasi. Mengingat di tempat kami tersedia perpustakaan kecil dan tempat untuk sekadar menikmati minuman herbal hasil kami berkebun juga sedikit makanan yang didapat dari hasil bercocok tanam sembari berdiskusi dan tukar informasi.

 

Para pembaca sekalian bisa datang langsung ke tempat kami di Jl. Halteu Maleber, Kp. Waas, Desa Bojong, Kecamatan Karangtengah, Kota Cianjur atau hubungi nomor telepon rekan kami yang tertera di laman kontak kami 

Salam sehat!

Penulis: Firman Hafizd

 

 

 

 

 

 

Rabu, 09 Desember 2020

Asal-usul Kayu Manis: Rempah Lezat yang Mampu Tangkal Diabetes

Manis ketemu manis, kok enggak diabetes? Ini adalah salah satu kehebatan kayu manis, yakni penangkal diabetes. Umumnya, penyebab dari penyakit kronis satu ini adalah terlalu banyak mengonsumsi makanan manis. Namun, justru si manis satu ini mampu mengkalnya.

Kayu manis, atau cinnamon dalam bahasa Inggris mengandung sinamaldehid yang berfungsi menjadi antioksidan, antivirus, antifungi dan antibakteri. Menurut penelitian Emilda pada tahun 2018, senyawa sinamaldehid punya kemampuan menangkal enzim penyebab diabetes. Dalam jurnal ilmiah berjudul ‘Efek Senyawa Bioaktif Kayu Manis Terhadap Diabetes Melitus”, salah satu manfaat kayu manis itu terungkap. 

Selain penangkal enzim α-glukosidase, kayu manis punya khasiat lainnya. Pertama, kayu manis baik untuk diet. Kandungan aktif cinnemaldehyde mampu membantu proses pembakaran lemak. Penelitian dari University of Michigan Life Sciences Institute juga menyebut, senyawa ini mampu kurangi nafsu makan. 

Kayu Manis salah satu bahan Bandrek yang dijual di Waroeng Nyalse
(Foto: Kang Usep)


Kedua, senyawa cinnemaldehyde juga kaya akan antioksidan. Sehingga, menyeduh kayu manis berpotensi untuk menangkal radikal bebas dan mencegah penuaan dini. Selain itu kayu manis juga berkhasiat untuk mencegah stres oksidatif yang mana mampu mencegah kanker. 

Ketiga, kayu manis juga mampu mengurangi nyeri rematik. Kayu manis juga memiliki zat yang berfungsi sebagai anti peradangan, sama seperti jahe. n

Terlepas dari kekayaan khasiat dan manfaat kayu manis, adakah yang penasaran ihwal asal-usul kayu manis? Tentu, ketika mengungkapkan kata ‘asal-usul’ maka narasi yang terbentuk akan menjurus kepada lokasi pertama kayu manis muncul. Namun, asal-usul juga bisa berarti mempelajari fungsi dan nilai kayu manis tempo dulu. 
Seperti apa kayu manis pada masa lalu? 

Guna Kayu Manis di Masa Lampau Tahu kah Anda? 
Dahulu, masyarakat Mesir Kuno menggunakan kayu manis untuk membaluri mumi agar awet dan wangi. Selain itu, kayu manis juga dimanfaatkan untuk parfum, bahkan bahan untuk melakukan sihir. Bahkan, kayu manis juga bisa sebagai penentu status sosial seseorang. Pertanyaannya, bagaimana bisa? 

Sebagian orang berpikir bahwa kayu manis berasal dari Mesir Kuno. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah. Bahkan, beberapa ada yang menyebut bahwa kayu manis tumbuh di Etiophia dan Siria. Hal ini dilandaskan oleh beberapa alasan. Di antaranya, seperti penggunaan kayu manis yang masif dan tingginya harga kayu manis di sana. Namun, tidak semua bahan olahan kayu manis Mesir Kuno diproduksi sendiri. 

Dari buku berjudul ‘Commerce between the Roman Empire and India’, membantah pernyataan tersebut. Asal muasal kayu manis bukan dari Siria, Mesir, atau dari Etiopia. Nyatanya, kebutuhan kayu manis lebih condong berasal dari India dan Pakistan.

Menariknya, Warmington, pengarang buku tersebut, menyebut masyarakat Mesir Kuno tidak tahu bahwa yang mereka impor adalah daun kayu manis. Yang mereka tahu, mereka mengimpor Cinnamomum tamala atau memiliki nama lain Malabrathrum yang nantinya dimanfaatkan minyaknya.

Selain untuk membaluri mumi, masyarakat Mesir Kuno memanfaatkan kayu manis untuk membuat parfum. Produk karya Mesir Kuno ini terkenal akan kualitasnya. Dengan mencampurkan kayu manis dengan bahan lainnya, parfum asal Mesir digadang menjadi yang terbaik. 

Sebelum terkenal akan khasiat kesehatannya, kayu manis punya banyak fungsi. Seorang peneliti dari University of Peradeniya menyebut kayu manis punya hubungan status sosial seseorang. Rohitha Dasanayaka dalam karyanya mengatakan bahwa kayu manis kerap menjadi pilihan sebagai perasa bagi mereka yang tidak mampu membeli makanan dan minuman mahal. 

Rohitha lebih dalam menjelaskan bahwa kayu manis beberapa kali disebut dalam Bible. Ia menjelaskan bahwa rempah ini kerap berfungsi sebagai tanda persahabatan dan wewangian. Berbicara ihwal wewangian, masyarakat Romawi juga menggunakan kayu manis untuk dibakar dalam ritual kremasi untuk menyamarkan bau jenazah yang terbakar. 

Melihat fungsinya yang begitu beragam, tak ayal kayu manis menjadi komoditas mahal pada abad pertengahan. Baik Mesir, Romawi, bahkan Byzantium membutuhkan rempah ini dalam kehidupan masyarakat mereka. Bahkan, harga kayu manis mampu menandingi mutiara kala itu. 

Hingga saat ini, kayu manis menjadi salah satu rempah termahal di kalangannya. Bagaimana? Sudahkah kamu tahu asal-usul kayu manis? 

Nah...! di Pupid House kami sudah menanam pohon tersebut dalam polibek yang didapat langsung dari penjual benih Kayu Manis. Sementara ini kami rawat di dalam polibek, belum kami tanam langsung di pekarangan. Kami berencana memindahkan tanaman tersebut di lahan yang berbeda, bukan di area pekarangan Pupid House dikarenakan lahan yang terbatas karena banyaknya koleksi tanaman yang kami rawat. 

Ada rencana kami untuk menanamnya di tanah yang tak jauh dengan makam mendiang Ayahanda kami yang namanya atau sebutan semasa kecilnya, kami gunakan sebagai nama tempat kami meneliti dan mengedukasi serta menajadikan lahan tersebut sebagai tempat bercocok tanam, terutama tanaman obat atau herbal. Yaitu Pupid House.

Salam sehat dan lestari. 

Sumber: 
Rohitha Dasanayaka. 2019. Cinnamon: A Spice of an Indigenous Origin- Historical Study. Researchgate. 

E.H. Warmington, Commerce between the Roman Empire and India, Cambridge, Cambridge University Press, 1928, p. 189 

Penulis: Huda Bilowo

Jumat, 27 November 2020

Ada Pohon Keramat di Pupid House, Ternyata itu Berkhasiat!

 

Pohonnya dianggap keramat, meski ternyata daunnya menyimpan khasiat untuk yang ingin sembuh. Pohonnya peneduh bagi para habitat, juga orang-orang yang ingin berlindung dari paparan sinar matahari langsung. Sejuk bersama angin yang menabrak daun-daun berbentuk bulat sedikit lancip ke ujung.

Dari batang pohonnya, atau juga dahannya muncul sebuah akar gantung yang justru membuat pohon tersebut semakin terkesan berkeramat. Namun dengan jiwa seni yang tinggi, tak sedikit para pegiat seni dalam merawat tanaman menjadikannya pohon bonsai. Unik, berukuran kecil, dan penuh dengan estetika.

Akarnya yang menjalar ke dalam tanah, mampu menyimpan cadangan air di saat musim kemarau. Tergantung ukurannya, jika ukuran pohon itu besar dan tumbuh dalam tanah yang luas, cadangan airnya mampu menjadikan sumber air bagi kebutuhan manusia.

Tapi bagi pohon yang tertanam dalam pot seperti di Pupid House, mungkin hanya menyimpan cadangan air yang cukup untuk kebutuhan si pohon itu sendiri. Karena di era sekarang, banyak orang-orang yang menanamnya di dalam pot sebagai tanaman hias. jarang menanamnya langsung di tanah pekarangan rumah, karena mungkin banyak mitos.

Pohon ini menjadi simbol Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang berada di urutan nomor 3, atau sila nomor ke tiga. Yaitu persatuan Indonesia. Simbol tersebut diartikan sebagai tempat berteduh. Penulis sendiri menafsirkan bahwa: tanpa persatuan, tak ada tempat untuk berteduh. Maka diharapkan, bersatulah dalam hal menanam dan memperbaiki alam yang rusak, untuk menjadi tempat berteduh dan berlindung dari segala kerusakan alam yang ada saat ini. Termasuk kemandirian dalam menyediakan pangan.

Beringin namanya. Pohon tersebut tidak asing, sering dijumpai di mana saja, terutama di gedung pemerintahan daerah yang ada di Cianjur, kota di mana Pupid House berada. Kadang sering dijumpai di pinggir jalan, di teras rumah dalam bentuk tanaman dalam pot. Pohon tersebut kadang dijumpai juga di tanah lapang, sebagai pohon peneduh dari teriknya mentari di siang hari. 

Berbeda dengan tanaman yang menjadi pengendali hama seperti yang sudah kami bahas sebelumnya di sini. Tanaman ini justru menjadi pengendali udara panas karena daun dan dahannya yang bersilang hingga menyerupai payung yang sanggup mengurangi pancaran sinar matahari langsung.

Pohon tersebut memiliki nama latin Ficus Benjamina, dalam bahasa inggris disebut Banyan. Beringin ini berdaun tunggal, lonjong, dan ujungnya runcing. Sementara batangnya tegak, dan pada permukaannya kasar.

Di Pupid House sendiri, pohon ini sudah lama menjadi koleksi, sekitar dua dekade. Pohon beringin menjadi tanaman yang senantiasa menemani. Beringin yang ada di pot seperti gambar di bawah ini, adalah hasil budidaya dengan cara budidaya stek. Dirawat dan dibentuk sedemikian rupa. Namun dengan keahlian atau keterampilaan yang terbatas, beringin atau caringin yang ada di deretan tanaman koleksi Pupid House, begitu adanya. 

Koleksi Pupid House berumur 7 Tahun dengan cara di stek
(Foto: Kang Usep)



Ada sekitar 8 pot tanaman beringin, yang sebelumnya memiliki lebih dari itu. Usianya sekitar 7 tahun. Dikarenakan ada perubahan dalam penataan di tempat kami, satu atau dua pohon beringin yang tertanam langsung di tanah, terpaksa dihilangkan yang kemudian digantikan dengan beringin yang ada di pot.

Berbagi pengalaman tentang pohon beringin yang ada di Pupid House, pohon tersebut sangatlah mudah untuk dirawat, tahan terhadap cuaca ekstrim, dan kuat jika jarang disirami air. Cara memperbanyaknya pun tergolong mudah, hanya dengan cara stek batang dan disimpan ditempat yang sedikit teduh juga menyiramnya secara berkala sampai batang tersebut memiliki akar. 

Beberapa koleksi dalam pot di Pupid House
(Foto: penjaga Waroeng Nyalse)


Di balik mitos yang sering beredar, ada khasiat yang tersimpan dan mungkin jarang sekali orang mengetahuinya. Menurut informasi yang didapatkan dari sumber terpercaya (Departemen Kesehatan dan LIPI), daunnya yang segar memilki kandungan kimia seperti saponin, falvonoida, dan polifenol. Sehingga daun tersebut memiliki khasiat sebagai obat sawanan pada anak-anak.

Untuk cara mengolahnya pun terbilang mudah, yaitu dengan cara merebus daunnya selama 25 menit, kemudian setelah agak dingin dimandikan kepada anak yang terkena sawanan tersebut. Info ini kami dapat dari sumber terpercaya sebagaimana yang sudah kami sampaikan di atas.

Berbeda dengan daun ajaib yang sebelumnya kami sudah bahas pekan lalu, di mana hasil dari rebusan daun ajaib tersebut diminum, bukan dimandikan seperti daun beringin sebagai obat sawanan pada anak anak.




Untuk hasil pengamatan kami lebih jauh, perlu adanya pencarian informasi yang lebih lengkap serta waktu yang lebih lama. Jadi untuk sementara ini kami hanya memiliki informasi yang masih minim dan membagikannya lewat artikel di laman ini. 

Jangan lupa update kegiatan kami di instagram Pupid House


Salam Berkhasiat!


Penulis: Firman Hafizd